Tak bisa dipungkiri, merebaknya pandemi yang tak kunjung reda telah meluluh-lantakkan sendi-sendi perekonomian bangsa kita, tak terkecuali sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Â
Para pedagang kecil, termasuk penjual makanan daerah yang biasa mangkal (menyewa stan) di pasar tradisional atau mal ikut terkena imbas transmisi Covid-19 yang belakangan mulai muncul mutasi baru itu. Apalagi setelah ditemukan klaster infeksi baru di pasar tradisional hingga menyebabkan pasar tadi ditutup untuk sementara waktu. Â
Para penjual makanan daerah yang kreatif tentu tidak tinggal diam. Kalau biasanya hanya menunggu didatangi pelanggan (penikmat) dagangannya.
Semenjak merebak pandemi mereka bukan tidak mungkin akan lebih proaktif menjajakan dagangannya dengan berkeliling dari kampung ke kampung. Â
Salah satu penjual makanan daerah yang tetap bersemangat jemput bola di masa pandemi seperti sekarang ini adalah seorang penjual kupang lontong yang biasa mendatangi kompleks perumahan kami. Â
Sekadar untuk diketahui, kupang lontong atau ada yang menyebutnya lontong kupang merupakan makanan khas daerah Jawa Timur khususnya daerah Sidoarjo.Â
Namun kuliner kupang lontong bisa dengan mudahnya kita temukan di wilayah sekitar Sidoarjo, seperti Surabaya, Gresik, Bangkalan (Madura) dan bahkan di Pasuruan.
Kata kupang sebenarnya bukan nama kota yang menjadi ibu kota Nusa Tenggara Timur (NTT), melainkan semacam kerang tapi berukuran lebih kecil. Â
Kupang adalah hewan laut bertubuh lunak (molusca) sejenis tiram berukuran kira-kira tiga sampai lima milimeter, tubuhnya berwarna cokelat agak pucat.Â
Kalau di Bangkalan (Madura), sentra penghasil kupang bisa ditemukan di Desa Tanah Merah. Di Surabaya, desa penghasil kupang berada di sekitar kawasan Kenjeran.Â