Gledak..gleduk..kriet..kriet..gledak-gleduk..bunyi itu semakin santer terdengar ketika gerobak dorong (Jawa = gledekan) mendekati sebuah bangunan rumah mentereng yang berdiri di pinggiran jalan.
Tampak seorang lelaki renta, sambil tertatih-tatih merapikan gerobaknya tepat di sisi kiri rumah mentereng itu. Sepertinya gerobak yang dibawanya itu penuh dengan berbagai barang yang bisa dibilang sudah rusak atau rongsokan. Ada kaleng bekas biskuit, timba plastik yang sudah pecah, kardus dan beragam barang rongsokan lainnya.
Di balik wajah keriputnya, lelaki tua sekira delapan puluhan tahun itu masih lekat dengan peci hitam, kumis dan jenggot tebal serta batang rokok yang terselip di bibir mulutnya yang hitam. Sesekali asap rokok tersembul keluar dari mulutnya.
Sujarno demikian nama asli Mbah No, sudah sejak lama dikenal warga sekitar kawasan Jalan Gubernur Sunandar Priyo Sudarmo Krian-Sidoarjo (Jatim) sebagai pemungut barang-barang bekas alias rongsokan.
Tubuhnya memang sudah renta namun masih cukup kuat untuk membawa gerobak berisi penuh barang rongsokan.
Mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) nya sudah banyak berkurang itu terlihat ketika saya sapa dan mencoba bercakap-cakap dengan beliau ternyata tidak memberikan respon alias (maaf) budek. Dan itu dibenarkan oleh beberapa warga yang melintas di dekat kami.
Tidak begitu jelas, di mana beliau tinggal. Di mana anak, cucu, sanak-saudara atau kerabat lainnya. Warga sekitar hanya tahu kalau lelaki yang sudah pantas punya cicit itu kesehariannya memunguti barang-barang bekas.
Masalah sampah terutama sampah plastik nampaknya masih menjadi persoalan krusial yang tak kunjung selesai.
Di tangan renta Mbah No, sampah-sampah (beragam rongsokan) terutama yang berbahan plastik itu dipungutnya lalu dibawa ke pengepul agar tidak mengotori kawasan sekitarnya.
Mbah No dengan tertatih-tatih karena usianya yang sudah sangat renta saban hari memunguti rongsokan plastik di kawasan Jalan Sunandar Priyosudarmo Krian Sidoarjo (Jawa Timur).
Rongsokan tadi kemudian dibawa ke pengepul untuk ditukar dengan sejumlah rupiah. Uang hasil berburu rongsokan digunakannya untuk membiayai hidup sehari-hari.