Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berburu "Cacing Sutra" di Tengah Merebaknya Pandemi

27 Februari 2021   20:22 Diperbarui: 28 Februari 2021   14:13 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pur sedang mengumpulkan endapan lumpur yang berisi koloni Cacing Sutra (dok. Mawan Sidarta)

Transmisi pandemi Covid-19 tak pelak melumpuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa kita. Meski demikian, nun jauh di sana di sepanjang aliran Sungai Kemasan, Junwangi, Wonoayu-Sidoarjo (Jawa Timur) sekelompok orang seolah tak bergeming dengan carut-marut perekonomian akibat ganasnya serangan Covid-19 yang tak kunjung reda. Mereka itu adalah para pemburu Cacing Sutra.

Cacing sutra juga biasa dinamakan cacing rambut. Dinamakan cacing sutra atau cacing rambut karena badannya halus meski sebenarnya beruas-ruas dan ukurannya kecil.

Bak menambang emas merah (dok. Mawan Sidarta)
Bak menambang emas merah (dok. Mawan Sidarta)
Secara umum cacing sutra atau cacing rambut terdiri atas dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya 10--30 mm dengan warna tubuh kemerahan.

Cacing sutra mempunyai saluran pencernaan berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing sutra (Tubifex sp) ini hidup berkoloni bagian ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung dari udara.

Seperti jenis cacing pada umumnya, cacing sutra merupakan organisme hermaprodit yaitu pada satu individu (organisme) terdapat dua alat kelamin dan berkembang-biak dengan cara bertelur.

Sabar dan telaten berburu Cacing Sutra (dok. Mawan Sidarta)
Sabar dan telaten berburu Cacing Sutra (dok. Mawan Sidarta)
Bagi mereka berburu cacing sutra bak menambang "emas merah" saja karena memang penampakan koloni cacing sutra berwarna kemerahan, selain itu jenis cacing ini juga bernilai ekonomi cukup tinggi.

Cacing sutra (Tubifex sp) dimanfaatkan orang sebagai makanan alami ikan hias yang mudah dicerna dengan kandungan nutrisi berupa protein kasar 64,47%, lemak kasar 17,63%, abu 7,84%, BETN 10,06%, dan kadar air 11,21% (Wijayanti, 2010).

BETN merupakan kependekan dari Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen yaitu bagian dari bahan makanan yang mengandung karbohidrat, gula dan pati. Selain itu, gerakan aktif Tubifex sp. dapat merangsang larva ikan untuk memakannya (Djarijah, 1995).

Pemburu Cacing Sutra (dok. Mawan Sidarta)
Pemburu Cacing Sutra (dok. Mawan Sidarta)
Salah satu dari pemburu cacing sutra yang berhasil saya temui yaitu Purnomo mengatakan bahwa dalam sehari ia bisa menjual ke pengepul sedikitnya 2 taker dengan kisaran harga antara 50 hingga 90 ribu rupiah per takernya.

Asal tahu saja, taker merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti takar. Satu taker dalam dunia bisnis cacing sutra menggunakan ukuran bekas kaleng cat berisi 5 kilogram.

Menurut Pur, sapaan akrab Purnomo, naik-turunnya harga tergantung musim. Pada bulan Desember sampai Februari biasanya harga cacing sutra melonjak cukup tinggi, bisa menyentuh angka 90 ribu pertakernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun