Pot-pot tanaman hias tadi kemudian ditempatkan di atas pilar. Masing-masing pilar dipilih dengan model, warna dan ketinggian yang berbeda. Pilar yang paling tinggi ditempatkan di bagian belakang sendiri. Sehingga dari kejauhan tanaman-tanaman tadi seolah berada pada sebuah trap tangga. Â
Untuk media tanam, Indah menggunakan campuran yang terdiri dari : tanah gembur (top soil), pasir Bromo dan pupuk organik (kompos atau kotoran kambing) yang sudah matang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Sebagai ibu rumah tangga ia tak selalu mengandalkan keuangan dari suaminya. Kadang dari tanaman-tanaman hias yang dirawatnya itu laku terjual dan hasilnya digunakan untuk keperluan rumah tangganya. Â
"Keno kanggo hiburan lan iso didol nek ono sing gelem" (sebagai hiburan dan bisa dijual bila ada yang berminat) ujarnya sambil tersenyum lebar. Sejak masih berusia muda Indah memang sudah menyukai tanaman hias. Ketika sedang booming anthurium yang kala itu bisa berharga hingga ratusan juta rupiah, Indah termasuk yang getol memanfaatkan momen itu. Â
Berkebun tanaman hias bagi Indah bukan sekedar menyalurkan hobi. Lebih dari itu, menggandrungi tanaman hias justru menjadi hiburan (anti stres) yang handal dalam mengatasi himpitan rutinitas hidup di tengah pandemi seperti sekarang ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H