Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belajar Sabar, Salat Malam dan Berbagi dari Spirit Ramadan

7 Juni 2019   13:52 Diperbarui: 7 Juni 2019   14:00 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.pri)

Sedemikian agungnya bulan suci Ramadan ini sehingga ketika bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfirah itu meninggalkan kita dan masuk bulan baru diibaratkan malapetaka atau musibah siap menghadang di depan mata.  
 
Seperti kita ketahui bersama di bulan Ramadan, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, Allah menurunkan Alquran yang merupakan kitab suci umat Islam. Peristiwa turunnya Alquran itu disebut dengan Nuzulul Quran.  
 
Pada bulan Ramadan pula yakni di sepuluh hari terakhir Ramadan terutama pada malam-malam ganjil (23, 25 dan 27 Ramadan) Allah akan menurunkan malam yang lebih mulia dari 1000 bulan yang disebut Lailatul Qodar.
 
Tidak hanya nuzulul quran dan lailatul qodar saja, setiap saat di bulan Ramadan selalu menjadi berkah. Sedemikian mulianya bulan suci Ramadan itu sehingga sekecil apapun kebajikan yang dikerjakan meski sebesar zarah (biji sawi) akan mendapatkan ganjaran pahala berlipat-lipat dari Allah.
 
Maka tak berlebihan bila Ramadan selalu dirindukan. Coba kita perhatikan bersama penggalan lagu yang disenandungkan oleh kelompok musik Bimbo ini,  
"Setiap habis Ramadan, hamba rindu lagi Ramadan, saat -- saat padat beribadah, tak terhingga nilai mahalnya".  

"Setiap habis Ramadan,
rindu hamba tak pernah menghilang,
mohon tambah umur setahun lagi,
berilah hamba kesempatan
".
 
Di bulan suci Ramadan, kaum muslimin dan muslimat yang sudah memenuhi syarat diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Tak hanya berpuasa, mereka juga dianjurkan untuk mengerjakan amal sholeh lainnya seperti mengerjakan sholat tarawih, tadarus al-quran, sholat hajad atau tahajud dan perbuatan baik lainnya.  
 
Maksud berpuasa sendiri bukan sekedar tidak makan dan minum saja namun lebih dari itu dengan berpuasa kita juga dituntut untuk menahan diri dari nafsu amarah, nafsu seksual meski terhadap pasangan yang sah, mata jelalatan serta beragam nafsu buruk lainnya.
 
Ibadah puasa Ramadan sejatinya merupakan api obor abadi. Jangan pernah padam. Semangat atau energi Ramadan harus tertanam dalam hati sanubari kita. Bulan suci Ramadan bak kawah candradimuka bagi umat Islam yang menjalankan puasa. Momen yang tepat untuk penempaan mentalitas diri.  
 
Puasa Ramadan menjadi inspirasi untuk belajar sabar dan berbagi 
 
Menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan secara ihlas semata-mata mengharap ridho Allah sejatinya merupakan pendidikan dan latihan (diklat) jasmani dan rohani langsung dari Allah ta'ala. 

Berpuasa merupakan ibadah yang melibatkan kontak batin (jiwa) seseorang langsung kepada Allah serta bersifat siri, maksudnya kita mungkin bisa mengelabui mata manusia lain dengan mengatakan sedang berpuasa padahal tanpa mereka tahu kita telah makan dan minum sambil sembunyi-sembunyi. Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang maha tahu atas semua tingkah pola hamba-hambaNya.  
 
Ihlas menjalankan ibadah puasa mendidik kita untuk menjadi insan paripurna yang sabar, yang mampu mengendalikan diri dari segala hal. Jiwa yang sabar ini merupakan modal dasar yang sangat penting dalam menjalani kehidupan ini.  
 
Bangun di penghujung malam untuk makan saur walaupun setetes air bukan saja disunahkan melainkan merupakan latihan agar kita membiasakan diri bangun tengah malam untuk menunaikan sholat malam.
 
Berbagi takjil di masjid atau mengadakan acara berbuka puasa bersama (bukber) dengan anggota keluarga besar, rekan kerja atau para tetangga sejatinya merupakan latihan untuk merangsang kepedulian atau kedermawanan kita kepada sesama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun