Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rugemi Pensiun Jadi "Penjaja Cinta"

23 Mei 2019   11:30 Diperbarui: 23 Mei 2019   11:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pixabay.com)

Pagi sekali Gemi (sapaan akrab Rugemi) sudah bangun. Tidak seperti kebiasaan sebelumnya, kalau ia bangun tidur selalu di atas matahari terbit. Entah malaikat apa yang mencoba menuntun hatinya sehingga hari ini ia benar-benar bisa bangun pagi.

Dengan masih terbungkus pakaian tidur yang tipis, gadis belia bertubuh semlohai itu mulai bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Digelungnya rambutnya yang panjang, hitam dan terurai itu.  

Mukanya yang cantik dengan bibir merah merona perlahan-lahan dibasuhnya dengan air. Yap..rupanya ia sedang berwudhu. Sejurus kemudian ia menuju kamar tidurnya. 

Dikenakannya baju mukenah pemberian sang ayah yang telah meninggalkannya sejak beberapa tahun lalu itu. Ibundanya yang sejak tadi mengamati secara diam-diam merasa heran sekaligus trenyuh penuh haru dengan tingkah polahnya.  

"Gemi mau subuhan dulu bu" ujar Gemi dengan suara bergetar dan nada terbata-bata, sesaat ketika ibundanya memeluk dirinya dengan belaian lembut dan penuh kasih sayang.  

Ibundanya juga merasa takjub melihat kejadian itu sampai-sampai perempuan setengah tua itu meneteskan air matanya. Tangisan tulus penuh haru dari seorang ibu yang telah melahirkan dan mengasuhnya selama ini.

Semenjak ditinggal kekasihnya menikah dengan perempuan lain, Gemi goncangan mental, stres dan memilih jalan pintas sebagai gadis jalang.  

Untuk melampiaskan hasrat dan rasa kecewa beratnya itu ia harus gonta-ganti dengan lelaki sesuka hatinya. Ngalor-ngidul tak pernah tanpa lelaki. Ibunya selama ini tak sanggup menasehatinya. Pokoknya, Gemi menjadi gadis bejat yang kehilangan arah dan tuntunan.

Hari menjelang siang. Tampak dari kejauhan seorang gadis bertubuh binal dan sintal sedang berjalan menuju rumah Gemi.  

"Kamu nggak kerja Gem" sapa Atun (sapaan akrab Pasiatun). "aku lagi nggak enak badan nih Tun" balas Gemi kepada teman seprofesinya itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun