Mycotech menamakan temuannya yang berupa kulit dari miselium jamur itu dengan istilah Mylea yang merupakan singkatan dari Mycelium Leather.
Hasil riset yang dilakukan Mycotech menyebutkan bahwa kulit yang dihasilkan dari miselium jamur juga fleksibel, kuat dan corak warnanya alamiah, mirip kulit hewan meski tanpa tambahan bahan pewarna kimia.
Untuk menghasilkan jam tangan dengan disain menarik, Mycotech melibatkan perusahaan lain.
"Varian jamnya belum banyak, ada seri untuk pria dan wanita. Kita jual 3 jenis warna yaitu original, merah dan hitam. Kalo harganya karena kita dalam proses penjualan produk di platform Kickstarter maka kita jual dengan harga promo hanya 125 SGD, biasanya di harga normal 200 SGD" lanjut lelaki yang baru saja melepas masa lajangnya itu.
Untuk diketahui bahwa Mycotech sudah mulai berkiprah dalam teknologi jamur sejak tahun 2012. Kantor pusatnya terletak di Kota Bandung. Inovasi pertamanya berupa produk pangan yang dinamakan growbox. Kini inovasi produk mulai mengarah ke material bangunan dan fashion (3).
Meski Mycotech termasuk start up di Indonesia yang mulai berkembang pesat namun dalam perjalanannya sempat menemui sejumlah kendala.
"Sulitnya sih mencari referensi, contoh soal teknologi ini, karena kita salah satu yang pertama di dunia yang melakukan riset mendalam soal teknologi ini. Jadi banyak yang harus diuji coba" tukas pria yang lahir 28 tahun silam itu.
"Selain itu sulit mencari investor yang juga tertarik di topik bisnis ini karena banyaknya investor di indonesia masih fokus pada produk berbasis teknologi digital" tambah lelaki alumnus Fakultas Mikrobiologi ITB itu.
Namun pihaknya merasa optimis dan selalu berusaha keras mewujudkan cita-cita. Setelah melalui perjalanan panjang akhirnya Mycotech berhasil menarik perhatian investor yang berasal dari Amerika Serikat dan Jakarta sebagai partner.Â
Bentang memiliki obsesi besar agar Mycotech menjadi start up bioteknologi pertama non digital yang akan menjadi unicorn dan dikenal di seluruh kawasan Asia dan dunia.