Masyarakat luas mungkin mengetahui kalau jamur dikembang-biakkan (dibudidayakan) hanya untuk pembuatan makanan, bahan baku perawatan wajah (kosmetika) atau berbagai keperluan yang berkaitan dengan pengobatan herbal.
Padahal banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari teknologi berbasis  jamur yang mungkin belum pernah dieksplorasi sebelumnya yang secara signifikan dapat memberikan benefit bagi masyarakat luas.
Berkat daya pikir dan kreasi seorang pemuda asal Bandung, organisme bernama jamur yang selama ini hanya identik dengan makanan dan obat herbal itu kini bisa disulap menjadi jam tangan dengan disain yang sangat menawan dan bernilai ekonomi tinggi.
Bersama beberapa rekannya, di bawah bendera Mycotech (PT. Miko Bahtera Nusantara), Bentang demikian sapaan akrab Mohammad Arekha Bentangan Lazuar beberapa hari lalu berhasil melepas inovasi terbarunya yakni jam tangan dari bahan kulit jamur.
Lebih lanjut pria muda yang saat ini sedang menyelesaikan program doktor di Inggris itu mengatakan kalau teknologi ini terbilang masih baru, terutama di Indonesia, sehingga belum banyak orang yang mengetahui produk kulit dari miselium jamur ini. Dan Mycotech sebagai salah satu start up yang diarsiteki Bentang juga sudah mengajukan 3 paten di indonesia terkait teknologi jamur.
Ketika banyak orang menggandrungi dan fanatik sekali dengan perlengkapan busana yang terbuat dari bahan kulit hewan apakah itu ikat pinggang (sabuk), dompet, tas, sepatu, sandal dan beragam perlengkapan fashion lainnya, sebaliknya Bentang bersama timnya malah mencoba melawan arus. Ia berusaha mengenalkan kulit bukan sembarang kulit melainkan kulit yang terbuat dari jamur dipadu dengan kayu.
Menurutnya, kelebihan kulit dari miselium jamur adalah lebih cepat proses pembuatannya (hanya membutuhkan waktu seminggu), jauh lebih sedikit jejak karbonnya dan lebih sedikit menggunakan air dalam proses produksinya tanpa menambahkan senyawa kimia berbahaya seperti pada proses pengolahan kulit dari hewan. Selain itu, karakter kulit dari miselium jamur juga menyerupai kulit hewan sehingga bisa digunakan untuk menggantikan banyak aplikasi yang menggunakan kulit hewan tanpa harus membunuh hewan tersebut (1).
Bagaimana mekanismenya hingga dihasilkan bahan baku berupa kulit yang merupakan perpaduan miselium jamur dan kayu? Hanya Bentang dan rekan-rekannyalah yang tahu persis karena hal itu merupakan rahasia dapur Mycotech.Â
Diakuinya, temuan kulit dari miselium jamur itu inspirasi awalnya dari tempe yang bahan bakunya berasal dari kacang kedelai dimana seluruh permukaannya telah ditumbuhi miselium (benang-benang halus yang tumbuh dari spora jamur, red).
Dengan perlakuan khusus, limbah pertanian yang dipadukan dengan miselium jamur tadi bisa dibentuk menjadi material padat, papan atau bahkan pipih seperti kulit.