Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mendeteksi Polutan Sungai dan Limbah Nuklir dengan Eceng Gondok

8 Februari 2019   10:02 Diperbarui: 8 Februari 2019   17:18 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eceng gondok (dok.pri)

Besar kecilnya angka BOD dapat menunjukkan tingkat pencemaran air oleh zat organik. Semakin besar nilai BOD maka semakin banyak zat organik yang mencemari air dan makin sedikit jumlah oksigen yang terlarut (DO).

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan (limbah) yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi (diuraikan) secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organik tadi akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang digunakan sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion krom (5)(6)(7).

Eceng Gondok Mampu Mendeteksi Kualitas Air Sungai 

Eceng gondok (dok.pri)
Eceng gondok (dok.pri)
Kebanyakan dari kita tentu sudah mengenal tanaman air yang bernama Eceng Gondok. Tanaman bernama ilmiah Eichornia crassipes itu sebenarnya merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang sering membuat jengkel banyak orang karena tanaman ini bisa tumbuh dan berkembang dengan mudahnya di atas permukaan sungai sehingga aliran air sungai menjadi tidak lancar dan memungkinkan terjadinya banjir terutama pada musim hujan seperti sekarang ini. 

Dikutip dari laman tempo.co, sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga bernama Ecoton (Ecological Observation and Wetland Conservation) menyebutkan kalau menumpuknya eceng gondok di atas permukaan sungai menyebabkan persaingan kebutuhan oksigen antara ikan dan organisme sungai lainnya dengan eceng gondok.

Eceng gondok yang berjimbun dalam jumlah besar membutuhkan oksigen dalam jumlah besar pula sehingga jumlah oksigen dalam air yang dibutuhkan ikan dan organisme  sungai lainnya akan menurun drastis. Bila jumlah oksigen (DO) ternyata di bawah ambang batas maka bisa dipastikan ikan-ikan di sungai akan mati. 

Menumpuknya eceng gondok di permukaan sungai sering dijadikan alasan timbulnya banjir karena gulma itu juga menjadi perangkap bagi sampah atau kotoran lain yang mungkin saja terbawa oleh arus sungai.

Tak hanya itu cahaya matahari yang sangat berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan sungai (fitoplankton dan mikroflora lainnya) akan terhalangi oleh tumpukan eceng gondok sehingga keseimbangan ekosistem sungai menjadi terganggu.

Dengan segala akibat yang ditimbulkan oleh menumpuknya eceng gondok kitapun tak boleh menutup mata kalau ternyata eceng gondok pun menghasilkan sejumlah manfaat bagi umat manusia. 

Pesatnya pertumbuhan eceng gondok menandakan kalau dalam air sungai terdapat banyak polutan (bahan pencemar) seperti residu pupuk kimia untuk pertanian, limbah pabrik, limbah rumah tangga (deterjen). 

Hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri. Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu yang lama. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa posfat dalam air sungai. Posfat inilah yang merangsang pertumbuhan eceng gondok (8). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun