Entah bagaimana awal ceritanya sehingga pemerintah Belanda kala itu menamakan pabrik gula yang berdiri di Desa Temu, Prambon-Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim) itu dengan sebutan Pabrik Gula (PG) Watoetoelis (baca = watutulis).Â
Nama Desa Watu Tulis sebenarnya juga ada sendiri, letaknya agak jauh dari Desa Temu meski kedua desa itu berada di wilayah Kecamatan Prambon, Sidoarjo - Jawa Timur.Â
Di Desa Watu Tulis juga terdapat kekunoan (situs purbakala) yakni Candi Watu Tulis yang meski tidak utuh lagi namun dalam pengawasan dinas purbakala.Â
Jadi yang perlu diketahui ialah PG. Watoetoelis letaknya tidak berada di Desa Watu Tulis seperti yang selama ini dikira sebagian orang melainkan berada di Desa Temu.
Mungkin sebagian dari kita ada yang sudah tahu kalau Kecamatan Prambon di Sidoarjo itu kondisi alamnya masih relatif hijau dan udaranyapun segar. Selain areal perkebunan tebu rakyat yang cukup luas, lahan persawahan  juga mengisi wilayah itu.Â
Belum banyak kita temukan industri besar atau pabrik yang menghasilkan limbah atau pencemar (polutan) yang bukan saja berbahaya bagi masyarakat sekitar namun juga merusak lingkungan.Â
Pabrik Gula Watoetoelis yang bersejarahÂ
Industri gula di Indonesia mulai berkembang pesat pada sekitar abad ke-17 di mana kala itu serikat datang Belanda (VOC) di Batavia membuka seratus perkebunan.Â
Akhir abad ke-18, VOC dibubarkan namun pemerintahan Hindia Belanda lebih giat untuk melakukan penanaman tebu dan ekspor gula dalam rangka menyukseskan sistem tanam paksa (cultur stelsel).
Pada masa kolonialisme Belanda di Sidoarjo, kala itu banyak berdiri pabrik gula, diantaranya : Pabrik Gula Waru, Sruni, Ketegan, Krian, Balongbendo, Buduran, Wonoayu, Tanggulangin, Porong, Candi, Watoetoelis, Tulangan, Krembung, Karangbong, Singkalan dan Bulang.
Dari puluhan pabrik gula yang berdiri di Sidoarjo itu, ada yang sudah berhenti beroperasi sebagian lagi beroperasi hingga sekarang. Di Provinsi Jawa Timur barangkali Kabupaten Sidoarjo sajalah yang memiliki puluhan pabrik gula.Â