Rasa-rasanya belum pantas kalau saya memproklamirkan diri sebagai penulis apalagi penulis handal, meski demikian sejak masih muda saya sudah tertarik di bidang yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis.
Waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja, ketertarikan (minat) terhadap kepenulisan itu mulai muncul.Â
Saya dipercaya oleh pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang tak lain adalah kepala sekolah kami sendiri sebagai ketua seksi pendidikan.Â
Tugasnya antara lain aktif menulis (mengelola) majalah dinding sekolah. Waktu itu, menulis masih menggunakan bolpoin (tulisan tangan) untuk menambahkan keterangan (narasi) foto copy atau guntingan asli artikel yang ditempel pada majalah dinding (mading).
Untuk tugas membuat paper mata pelajaran (mapel) tertentu yang memerlukan tinjauan pustaka, saya selalu mendapatkan nilai bagus.Â
Semua tugas termasuk paper masih ditulis dengan tangan menggunakan bolpoin sebab komputer masih dianggap barang berteknologi tinggi dan belum populer (tahun 1983 an).
Seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan, sejak SMA kelas 2 saya mulai menulis bukan hanya untuk tugas-tugas di sekolah melainkan juga di koran cetak rubrik Kronik Pelajar (kropel) Harian Sore Surabaya Post.Â
Semua naskah tulisan harus diketik terlebih dulu, kala itu masih menggunakan ketik manual (pita karbon) dan wajib dilengkapi foto-foto yang juga diafdruk (cetak) terlebih dulu untuk mendukung tulisan yang dikirimkan ke kantor redaksi.Â
Selain menulis khusus di rubrik kronik pelajar, saya juga sudah dipercaya redaksi untuk membantu wartawan senior untuk meliput berita yang ditampilkan di halaman depan (artikel utama/headline).
Saat kuliah di Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jember, passion menulis masih terus berjalan, saya menulis untuk Majalah Plantarum, majalah milik Faperta.Â
Tak hanya itu, saya juga menjadi perintis berdirinya majalah jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) yang waktu itu (1992 an ) saya namakan Guano Agro Bulletin.