Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Laptop KO, Untungnya Puluhan Ribu Foto Terselamatkan

14 Oktober 2018   08:36 Diperbarui: 16 Oktober 2018   07:26 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Casing hard disk eksternal (dok.pri)

Rasa-rasanya belum pantas kalau saya memproklamirkan diri sebagai penulis apalagi penulis handal, meski demikian sejak masih muda saya sudah tertarik di bidang yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis.

Waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja, ketertarikan (minat) terhadap kepenulisan itu mulai muncul. 

Saya dipercaya oleh pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang tak lain adalah kepala sekolah kami sendiri sebagai ketua seksi pendidikan. 

Tugasnya antara lain aktif menulis (mengelola) majalah dinding sekolah. Waktu itu, menulis masih menggunakan bolpoin (tulisan tangan) untuk menambahkan keterangan (narasi) foto copy atau guntingan asli artikel yang ditempel pada majalah dinding (mading).

Untuk tugas membuat paper mata pelajaran (mapel) tertentu yang memerlukan tinjauan pustaka, saya selalu mendapatkan nilai bagus. 

Semua tugas termasuk paper masih ditulis dengan tangan menggunakan bolpoin sebab komputer masih dianggap barang berteknologi tinggi dan belum populer (tahun 1983 an).

Seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan, sejak SMA kelas 2 saya mulai menulis bukan hanya untuk tugas-tugas di sekolah melainkan juga di koran cetak rubrik Kronik Pelajar (kropel) Harian Sore Surabaya Post. 

Semua naskah tulisan harus diketik terlebih dulu, kala itu masih menggunakan ketik manual (pita karbon) dan wajib dilengkapi foto-foto yang juga diafdruk (cetak) terlebih dulu untuk mendukung tulisan yang dikirimkan ke kantor redaksi. 

Selain menulis khusus di rubrik kronik pelajar, saya juga sudah dipercaya redaksi untuk membantu wartawan senior untuk meliput berita yang ditampilkan di halaman depan (artikel utama/headline).

Saat kuliah di Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Jember, passion menulis masih terus berjalan, saya menulis untuk Majalah Plantarum, majalah milik Faperta. 

Tak hanya itu, saya juga menjadi perintis berdirinya majalah jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) yang waktu itu (1992 an ) saya namakan Guano Agro Bulletin.

Setelah lulus kuliah kemudian bekerja, dua kali saya ditempatkan di Kalimantan Tengah. Ketika sibuk bekerja itu, saya sempat vakum dari tulis-menulis.

Setelah membeku sekian lama baru sekitar sepuluh tahun lalu saya memulai lagi untuk menulis di koran cetak lokal Gresik. Beberapa tahun kemudian saya mulai menulis untuk media tercinta kita ini, Kompasiana.com. 

Menulis dengan laptop kesayangan

Laptop kesayangan (dok.pri)
Laptop kesayangan (dok.pri)
Menulis di media online tak terkecuali di Kompasiana.com pastinya menggunakan komputer dan saluran internet. Untuk itu saya harus punya laptop meski sederhana sekalipun, lengkap dengan sambungan internetnya.

Sejak lima tahun terakhir saya menulis di Kompasiana.com menggunakan laptop mungil yang mungkin lebih pantas disebut netbook.

Tulisan saya umumnya berupa catatan ringan spot-spot wisata yang pernah saya kunjungi. Umumnya spot-spot wisata itu tersebar di Provinsi Jawa Timur (Jatim) meski ada juga sih sebagian daerah Jatim yang belum saya kunjungi. Sebagian lagi di daerah Jawa Tengah, DKI Jakarta, Lampung, Kalteng (Sampit / Seibabi), Madura, Bali dan Malaysia.

Kalau sudah bicara soal spot wisata maka tak bisa dilepaskan dengan kesukaan (hobi) memotret. Sebagai traveler yang cukup aktif mengunjungi berbagai objek wisata, apakah itu wisata laut, pantai, gunung, gua atau objek wisata apapun namanya, saya tak lepas dari kamera.

Selain laptop mungil yang menjadi teman pengisi waktu senggang di sela-sela menjalankan rutinitas keseharian, saya juga ditemani kamera digital atau setidaknya kamera sederhana smartphone saya.

Kemanapun saya melangkahkan kaki nyaris tak pernah lepas dari kamera untuk mengabadikan objek unik atau momen penting yang saya temukan di jalan.

Bisa dibayangkan dalam waktu lima tahun terakhir ini hasil bidikan kamera saya mencapai puluhan ribu file foto. Memang belum mencapai seratus ribu file sih tapi lumayanlah untuk ukuran seorang fotografer otodidak.

Saya sedemikian tergantungnya dengan benda kekinian yang bernama laptop dan kamera itu. 

Setiap selesai memotret tak menunggu berlama-lama, semua file foto yang tersimpan di memory card kamera langsung saja saya transfer ke dalam laptop dengan kabel data atau card reader untuk mengetahui lebih detail hasil jepretan (bidikan) selain itu agar semua file aman tersimpan dalam hard disk laptop. 

Bila diperlukan, saya menggunakan software photoshop untuk memperbaiki tampilan (hasil) foto sebelum diinsert di antara draft- draft tulisan yang akan dipublish.

Memotret dan membuat catatan (tulisan) hasil jalan-jalan (traveling) seolah sudah menjadi kebiasaan yang saya lakukan. Tiada acara jalan-jalan tanpa memotret dan menulis. 

Prosesor laptop rusak tapi hard disknya masih oke

Ketika saya sedemikian tergantungnya dengan mainan kekinian yang bernama laptop dan kamera itu, entah mengapa awal Bulan Oktober ini laptop dan kamera saku (pocket) digital saya tiba-tiba mati pletes kalau meminjam istilah tinju terkena pukulan knock out (KO) he.he.. .

Awalnya laptop dulu yang KO, selang beberapa jam di hari yang sama, kamera pocket juga kena KO. Saya heran padahal posisi kamera tersimpan aman dalam kantung pembungkusnya, tidak terjatuh atau masuk ke dalam air. Beberapa hari sebelumnya, masih saya gunakan juga normal-normal saja.

Laptop KO itu yang membuat saya kelimpungan (bingung) dan nggak bisa tidur nyaman beberapa hari.

Setelah saya kontrolkan, kayak orang sakit aja ha..ha.., bagian demi bagian dicek. Mulai tombol power, baterai, layar monitor, RAM, hard disk sampai otak si laptop (prosesor). 

Saya sangat cemas dengan rusaknya laptop itu sebab dalam hard disknya tersimpan ribuan bahkan puluhan ribu file foto. 

Pikiran saya berkecamuk, seandainya yang rusak hard disknya bagaimana nasib puluhan ribu file foto saya. Sayang kan, dokumentasi jalan-jalan selama 5 tahun harus musnah tanpa bekas gegara hard disk yang rusak.

Untung saja hasil pengetesan oleh teknisi komputer menunjukkan kalau prosesornya yang kena KO sehingga laptop tiba-tiba mati. Sementara hard disk yang menyimpan puluhan ribu file foto masih bisa diselamatkan.

Sambil menunggu spare part pengganti prosesor yang ngandat tadi, saya minta teknisi komputer untuk mengeluarkan hard disk dari dalam laptop. 

Hard disk yang masih berfungsi akan saya jadikan hard disk eksternal dengan memasukkannya dalam casing khusus lengkap dengan kabel USBnya. 

Alhamdulillah, semua foto-foto traveling selama 5 tahun masih utuh terselamatkan serta bisa ditampilkan kembali dengan menggunakan laptop lainnya. Saya tetap bisa menulis kembali dengan bantuan smartphone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun