Masih segar di ingatan saya, ketika keponakan saya (anak kakak) baru sembuh dari sakitnya kemudian almarhum ibu meminta kakak untuk nanggap tandak bedes (topeng monyet) agar keponakan yang baru sembuh tadi menjadi gembira dan terhibur sehingga kondisi badannya semakin membaik.
Selain nanggap (menyewa) tandak bedes, almarhum ibu juga meminta kakak agar mbancaki anaknya yang baru sembuh dari sakit sebagai tanda syukur kepada Tuhan.
Makanan yang digunakan untuk acara bancakan (syukuran) tidak selalu berbentuk nasi dan lauk-pauk yang dalam pembuatannya membutuhkan biaya lebih banyak.Â
Bisa berupa makanan sederhana seperti bubur abang dan jajan pasar. Bubur abang (bubur merah) dibuat dengan menggunakan gula merah (gula Jawa).Â
Sedangkan jajan pasar (kue pasar) ialah kue-kue yang biasanya dijual di pasar seperti bikang, nagasari, kue lapis dan masih banyak lagi.
Makanan untuk acara bancakan kemudian dibagi-bagikan ke para tetangga dekat rumah.
Nanggap tandak bedes tentu mengundang perhatian anggota keluarga yang tinggal serumah selain itu juga para tetangga di kampung.Â
Suara keras alat semacam jidor yang ditabuh secara teratur oleh pemilik tandak bedes tak pelak membuat sebagian tetangga di kampung terutama para ibu dan anaknya keluar rumah.Â
Mereka berhamburan menuju rumah kami karena ingin menyaksikan aksi seekor monyet dengan iringan musik khas tandak bedes.
Tandak bedes dulu dan sekarang
Kala itu dengan ongkos cuma tiga atau lima ribu rupiah, sang tukang tandak bedes sudah berani menggelar atraksi monyet pintar dengan iringan jidor.