Pernakah kita mendengar pepatah Bahasa Jawa yang berbunyi : "Ajining rogo soko busono, Ajining ati soko lathi" bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya kurang lebih : Berharganya badan (diri) ini dari busana (pakaian) yang kita kenakan, Berharganya hati dari tutur kata (perbuatan) yang kita lakukan.
Pernah ada kasus seorang yang akan membeli sepeda motor di dealer, tapi pelayan dealer (customer service) mengacuhkan si pembeli gara-gara terlihat seperti pengemis yang memakai baju compang-camping.Â
Begitu pembeli yang berbaju compang-camping tadi mengeluarkan kantongan plastik dan setelah dibuka isinya uang jumlahnya puluhan juta, cukup bahkan masih sisa untuk sekedar membeli sebuah sepeda motor. Malulah sang customer service tadi karena merasa "meremehkan" sang pembeli yang berpakaian ala kadarnya itu.
Ada contoh lagi, seorang pembeli berpakaian necis bin parlente sedang memasuki sebuah counter (toko) HP.Â
Pembeli tadi menawar HP mahal, pegawai counter bersimpatik ke pembeli yang berpenampilan keren itu.Â
Saking terpesonanya dengan cara berbusana sang pembeli sampai-sampai pegawai counter HP lupa mengecek kembali uang pembayaran HP yang harganya mahal tadi.Â
Ternyata ada sebagian uang yang dibayarkan pembeli parlente tadi ternyata uang palsu. Pembeli langsung raib sambil membawa HP mahal.Â
Pegawai counter hanya melongo terbengong-bengong, baru sadar kalau ia tertipu. Terhipnotis oleh penampilan pembeli yang sok keren tadi.
Dan masih banyak lagi contoh serupa yang menunjukkan betapa penampilan seseorang yang sering dikaitkan dengan cara berbusana itu kadang bisa menipu perhatian orang lain.
Outfit Tergantung Keperluannya
Pakaian (busana) atau istilah Maduranya "outfit" kadang memang benar-benar menunjukkan kepribadian atau keadaan seseorang saat itu. Jadi bukan menipu perhatian orang seperti contoh di atas.