Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengunjungi Pusara Kuno Penerus "Giri Kedaton"

31 Mei 2018   13:11 Diperbarui: 31 Mei 2018   17:05 3774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompleks makam Panembahan Kawis Guwo (dok.pri)

Biasanya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas saya berhubungan dengan pekuncen. Sayangnya sang pekuncen sedang tidak ada di lokasi siang itu.

Saya mendengar makam tokoh yang bernama Sindujoyo itu terpisah agak jauh, berada di kawasan Pasar Sindujoyo Kota Gresik. Kyai Sindujoyo dikenal sebagai santri atau murid kesayangan Sunan Prapen.

Panembahan Kawis Guwo 

Kompleks makam Panembahan Kawis Guwo (dok.pri)
Kompleks makam Panembahan Kawis Guwo (dok.pri)
Sunan Prapen dengan segala kelebihannya akhirnya wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Kawis Guwo.

Kepemimpinan Panembahan Kawis Guwo ini tak banyak diungkap dalam sejarah. Kabarnya, gelar panembahan yang disematkan menunjukkan kalau kala itu pemerintahannya mengalami kemunduran. 

Batu putih berukir di cungkup Panembahan Kawis Guwo (dok.pri)
Batu putih berukir di cungkup Panembahan Kawis Guwo (dok.pri)
Raja-raja Giri Kedaton sebelumnya bergelar sunan yang merupakan singkatan kata susuhunan. Kata sunan bisa berarti gelar raja-raja Islam di kalangan Giri Kedaton Gresik, hampir sama dengan sebutan sultan di Kerajaan Mataram (Jogyakarta)

Kata panembahan sendiri berarti yang menjadi sesembahan atau orang yang disembah alias raja. 

Sebenarnya sebutan sunan maupun panembahan nilai rasanya kurang lebih sama. Sebutan sunan sepertinya lebih kental dengan nuansa Islami. Sedangkan gelar panembahan lebih terkesan Njawani.

Seperti pusara Sunan Prapen, pusara Panembahan Kawis Guwo juga dilengkapi bangunan pelindung seperti pendopo dengan genteng dari kayu sirap. Di dalam pendopo terdapat satu cungkup sebagai makam utama. 

Dalam cungkup itulah Panembahan Kawis Guwo bersemayam. Sementara di sekelilingnya terdapat 6 atau 7 makam yang kurang jelas siapa pemiliknya. Mungkin milik keluarga atau para pengikutnya.

Cungkup makam Panembahan Kawis Guwo terlihat sangat unik. Mengingatkan saya pada cungkup makam milik Siti Fatimah Binti Maimun di Leran, Manyar -- Gresik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun