Berjalan kaki menyusuri kawasan perkotaan merupakan salah satu cara asyik untuk bertraveling. Meminjam istilah seorang teman, "every place is atravel destination", arti kamusnya kurang lebih "setiap tempat adalah destinasi wisata". Saya sependapat dengan statement itu, bahwa jalanan yang kita lewati itupun boleh saja kita sebut a travel destination (tempat / objek wisata, red). Bahkan kolong jembatan, kuburan tua, toilet bandara dan masih banyak tempat lainnya boleh-boleh saja kita jadikan a travel destination.Â
Ada banyak nama jalan di kota-kota besar Indonesia yang mengundang perhatian masyarakat luas tak terkecuali para traveler bahkan terkenal sampai ke mancanegara. Di Surabaya misalnya, kita mengenal Jalan Tunjungan. Masyarakat Jogyakarta tentu sangat familiar dengan Jalan Malioboro atau Jalan Braga yang begitu populer di Kota Bandung. Jalan Tunjungan Surabaya begitu melekat di hati warga Surabaya karena sejuk dulu jalan ini sudah menjadi sentra bisnis yang sangat diperhitungkan.Â
Pertokoan yang kemudian dinamakan Whiteaway Laidlaw and Co itu menjadi kesohor di masanya. Whiteaway meredup kemudian diambil alih oleh pengusaha asal Jepang sekaligus berganti nama menjadi Chiyoda. Di masa perang 10 November 1945, Gedung Siola sempat hancur terkena sasaran bom tentara Inggris karena Arek-arek Suroboyo sempat bermarkas di gedung ini sebagai benteng pertahanan. Roda waktu terus berputar, sejarahpun berubah sampai pada akhirnya pada tahun 1950an munculah pertokoan bernama Siola di gedung yang sempat hancur tadi.Â
Hingga pada tahun 2015 oleh walikota Tri Rismaharini gedung bekas pertokoan Siola itu diresmikan penggunaannya sebagai Museum Surabaya. Bersebelahan dengan museum, di lantai dasar gedung itu juga dijadikan mal pelayanan publik seperti Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispenduk Capil) Surabaya, beberapa bank pemerintah (BRI, BNI dan Mandiri), Pengurusan SIM Polrestabes Surabaya, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan RI Kanwil Jatim. Lantai 2 dari gedung ini juga digunakan sebagai kantor Dinas Perdagangan Kota Surabaya.Â
Masih terhubung dengan bangunan gedung Siola, melayang di atas Jalan Tunjungan terdapat taman gantung yang indah. Di dalam taman gantung kita bisa menikmati keindahan beragam tanaman hias khususnya dari familia paku ekor monyet. Dari taman gantung itu pula kita bisa melihat hiruk-pikuknya lalu lintas Jalan Tunjungan Surabaya.Â
Di atas Hotel Majapahit itulah dulu pernah terjadi insiden bersejarah yang merupakan rangkaian peristiwa heroik menjelang pertempuran 10 November 1945 yakni penyobekan warna biru dari bendera Belanda menjadi merah-putih.Â
Pemerintah Kota Surabaya selalu melakukan pembenahan di sepanjang Jalan Tunjungan ini. Selain gedung-gedung tua nan bersejarah yang masih dipertahankan, trotoar di kanan-kiri jalan ini juga dipercantik. Lantai trotoar dibuat dari bahan berkualitas dan terlihat menarik.Â
Besi penutup lubang kontrol gorong-gorong di desain unik sehingga trotoar sepanjang Jalan Tunjungan terlihat apik dan begitu spesial bila dibandingkan dengan yang ada di jalan-jalan lainnya di Surabaya. Pohon-pohon yang berfungsi sebagai peneduh yang menghasilkan udara bersih nan segar juga di tanam di sepanjang jalan itu.Â