Beberapa waktu lalu saya sempat melihat sekelompok petani sedang memanen tebu di ladang, wah.. saya jadi teringat masa-masa kecil dulu. Sebelum maraknya jajanan untuk kids zaman now seperti sosis, burger, hotdog, pitza, donuts dan masih banyak lagi lainnya, tebu menjadi salah satu jajanan yang ngetop sekaligus favorit saya dan kawan-kawan kala itu.
Bagaimana sih cara menikmatinya? Dengan me ngunyah-ngunyah daging tebu dan menelan air (nira) nya yang terasa manis itu, lalu ampasnya diludahkan (dibuang). Batang tebu yang sudah tua, dipotong-potong dengan panjang kira-kira 40 -- 50 sentimeter, ada yang dijual masih beserta kulitnya, biasanya anak-anak mengupas sendiri di rumah. Ada juga yang dijual setelah terlebih dulu dikupas kulitnya lalu dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2 -- 3 cm. Potongan-potongan daging tebu tadi kemudian oleh penjualnya dimasukkan dalam kantongan plastik dan siap untuk dijual. Ada juga seorang penjual yang menancapkan potongan-potongan tebu siap makan tadi pada tusuk bambu bercabang mengingat waktu itu kantongan plastik masih jarang kita temukan.
Kids zaman now mungkin tidak lagi menikmati tebu dengan cara seperti itu karena air nira tebu segar bisa langsung dinikmati setelah diperas dengan alat (mesin) khusus. Biasanya si penjualnya menambahkan bongkahan es batu agar terasa segar dan lebih nikmat bila diminum. Tebu yang digunakan juga khusus yakni dari jenis tebu ijo. Bisnis es tebu ijo kian marak terutama saat musim kemarau tiba. Itu bisa Anda lihat di berbagai tempat terutama di pinggiran jalan raya.
Rindu akan masa-masa kecil dulu dan ingin sekedar mengobati rasa pengin akan tebu (kayak orang ngidam aja he..he..) sayapun memberanikan diri membeli beberapa potong batang tebu yang sudah siap dimuat truk itu.
"Ambil aja mas, gak usah beli" ungkap salah satu petani tebu dengan ramahnya.
"Wah..rejeki nih pak" balasku sedikit malu.
Begitu sampai di rumah, pesta tebu pun dimulai. Saya, anak dan istri saling berebut karena sudah lama nggak makan tebu. Kami benar-benar menikmati air manis tanaman bernama ilmiah Saccharum officinarum itu persis seperti masa kecil kami dulu, potongan daging tebu dikunyah-kunyah kemudian diserap (ditelan) airnya dan ampasnya diludahkan (dibuang), begitu seterusnya sampai beberapa batang tebu tadi ludes kami lahap bersama ha..ha..
Tebu dipanen pada umur 10 bulan sampai 1 tahun. Biasanya untuk keperluan pabrik gula, sebelum tebang dan proses giling perlu dianalisis terlebih dulu di laboratorium gula kandungan rendemennya. Varietas tebu unggul yang ditanam antara lain terlihat dari sifatnya yang resisten (tahan, red) terhadap serangan hama dan penyakit, tidak mudah roboh, kandungan gula sukrosa dan tentunya  rendemennya tinggi. Bibit unggul yang dibudidayakan biasanya diperoleh dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan, Jawa Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H