Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jaring Melindungi Padi dari Serangan Pipit

19 November 2017   05:18 Diperbarui: 23 November 2017   18:15 4947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaksimalkan hasil panen padi sepertinya belum cukup dengan hanya menyediakan varietas unggul tahan hama (tikus, wereng, walang sangit dan lainnya) dan penyakit (jamur dan bakteri), umur genjah (pendek) dan teknik budidaya yang tepat.

Pada budidaya tanaman padi, masalah yang tak kalah seriusnya selain serangan hama-penyakit seperti tersebut di atas adalah gangguan dari burung-burung pemakan butir-butir padi. Burung pipit atau masyarakat Jawa menyebutnya manuk peking merupakan salah satu burung yang rakus sekali memakan padi dan itu harus diwaspadai.

Pak Karim (60 tahun), salah satu petani asal Desa Driyorejo -- Gresik , Jawa Timur yang saya temui kemarin (16/11/2017) mengatakan kalau serangan burung pipit itu bisa mengurangi hasil panen padinya secara signifikan.

"Aku iso gak uman mas, entek parine gara-gara dicucuki manuk peking iku (saya bisa nggak kebagian mas, habis padinya gegara dimakan burung pipit itu, red)" keluh Pak Karim sambil sesekali berteriak-teriak mengusir sekawanan burung pipit yang menggangu tanaman padinya.

Saat biji padi mulai terbentuk hingga menguning dan siap dipanen merupakan saat-saat yang menegangkan bagi Pak Karim. Ia harus ekstra ketat menjaga tanaman padinya, kadang ia sampai harus melibatkan anak dan istrinya untuk mengawasi tanaman padinya dari serangan burung-burung pemakan biji padi itu.

Cara yang selama ini ia terapkan ialah dengan membuat orang-orangan sawah. Lalu ia gantungkan beberapa kaleng bekas pada orang-orangan sawah yang telah ditancapkan pada beberapa sudut lahan persawahannya lalu diikat dengan seutas tali. Dari kejauhan ia menarik-narik tali yang cukup panjang tadi hingga menimbulkan bunyi kaleng yang berisik dan menyebabkan burung-burung pipit beterbangan menjauhi lahan padinya.

Cara mengusir burung pemakan biji padi dengan memasang orang-orangan sawah tetap saja menyita tenaga dan waktu Pak Karim sekeluarga. Tidak efektif katanya, mereka sampai kesal sekali dengan ulah sekawanan burung pipit itu. Maka dicarilah cara yang lebih efisien tenaga dan waktu. 

Menaungi tanaman padi dengan jaring pengaman (dok.pri)
Menaungi tanaman padi dengan jaring pengaman (dok.pri)
Oleh Pak Karim dengan dibantu anak dan istrinya, di bagian atas tanaman padinya itu dinaungi (ditutup) jaring (seperti jala ikan). Jaring berfungsi untuk melindungi biji-biji padi dari serangan burung pipit. Cara ini sebenarnya bukan hal baru lagi, sebagian petani di daerah lain sudah menerapkan cara ini namun bagi petani seperti Pak Karim penggunaan jaring pada musim tanam padi kali ini baru ia terapkan.

Menurutnya, pemanfaatan jaring untuk melindungi butir-butir padi dari serangan burung pipit memang memerlukan biaya lebih besar tapi jaring itu bisa disimpan kembali untuk dipergunakan pada musim tanam padi berikutnya. Ukuran jaring dan harganya juga bervariasi, untuk lahannya yang seluas seperempat hektar itu setidaknya ia merogoh kocek hingga 2 juta rupiah.

Dengan menggunakan jaring, untuk petak lahan seluas 6 X 100 meter persegi bisa menekan hilangnya butir gabah kering sebanyak 1 karung seberat 25 kilogram.

"Sik mending dipangan manuk, nek keserang wereng malah luwih soro maneh  mas (masih mending dimangsa burung, kalau diserang hama wereng malah lebih sengsara lagi mas, red)" terang putra Pak Karim yang pagi itu turut membantu memasang jaring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun