Memaksimalkan hasil panen padi sepertinya belum cukup dengan hanya menyediakan varietas unggul tahan hama (tikus, wereng, walang sangit dan lainnya) dan penyakit (jamur dan bakteri), umur genjah (pendek) dan teknik budidaya yang tepat.
Pada budidaya tanaman padi, masalah yang tak kalah seriusnya selain serangan hama-penyakit seperti tersebut di atas adalah gangguan dari burung-burung pemakan butir-butir padi. Burung pipit atau masyarakat Jawa menyebutnya manuk peking merupakan salah satu burung yang rakus sekali memakan padi dan itu harus diwaspadai.
Pak Karim (60 tahun), salah satu petani asal Desa Driyorejo -- Gresik , Jawa Timur yang saya temui kemarin (16/11/2017) mengatakan kalau serangan burung pipit itu bisa mengurangi hasil panen padinya secara signifikan.
"Aku iso gak uman mas, entek parine gara-gara dicucuki manuk peking iku (saya bisa nggak kebagian mas, habis padinya gegara dimakan burung pipit itu, red)" keluh Pak Karim sambil sesekali berteriak-teriak mengusir sekawanan burung pipit yang menggangu tanaman padinya.
Saat biji padi mulai terbentuk hingga menguning dan siap dipanen merupakan saat-saat yang menegangkan bagi Pak Karim. Ia harus ekstra ketat menjaga tanaman padinya, kadang ia sampai harus melibatkan anak dan istrinya untuk mengawasi tanaman padinya dari serangan burung-burung pemakan biji padi itu.
Cara yang selama ini ia terapkan ialah dengan membuat orang-orangan sawah. Lalu ia gantungkan beberapa kaleng bekas pada orang-orangan sawah yang telah ditancapkan pada beberapa sudut lahan persawahannya lalu diikat dengan seutas tali. Dari kejauhan ia menarik-narik tali yang cukup panjang tadi hingga menimbulkan bunyi kaleng yang berisik dan menyebabkan burung-burung pipit beterbangan menjauhi lahan padinya.
Cara mengusir burung pemakan biji padi dengan memasang orang-orangan sawah tetap saja menyita tenaga dan waktu Pak Karim sekeluarga. Tidak efektif katanya, mereka sampai kesal sekali dengan ulah sekawanan burung pipit itu. Maka dicarilah cara yang lebih efisien tenaga dan waktu.Â
Menurutnya, pemanfaatan jaring untuk melindungi butir-butir padi dari serangan burung pipit memang memerlukan biaya lebih besar tapi jaring itu bisa disimpan kembali untuk dipergunakan pada musim tanam padi berikutnya. Ukuran jaring dan harganya juga bervariasi, untuk lahannya yang seluas seperempat hektar itu setidaknya ia merogoh kocek hingga 2 juta rupiah.
Dengan menggunakan jaring, untuk petak lahan seluas 6 X 100 meter persegi bisa menekan hilangnya butir gabah kering sebanyak 1 karung seberat 25 kilogram.
"Sik mending dipangan manuk, nek keserang wereng malah luwih soro maneh mas (masih mending dimangsa burung, kalau diserang hama wereng malah lebih sengsara lagi mas, red)" terang putra Pak Karim yang pagi itu turut membantu memasang jaring.