[caption caption="Jambu kerikil dengan buah dan daunnya yang berukuran kecil"][/caption] Musim hujan awal tahun 2016 ini tampaknya bukan main-main. Banyak daerah di Indonesia termasuk ibu kota Jakarta tenggelam oleh banjir gara-gara curah hujan yang meningkat beberapa hari terakhir. Musim hujan ternyata tak hanya meluluh-lantakkan kawasan dan menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana tapi wabah penyakitpun mulai merebak.
Salah satu jenis penyakit yang mewabah di musim hujan ini ialah Demam Berdarah Dengue (DBD). Belakangan kita dibuat terkejut oleh pemberitaan di TV bahwa selama Januari 2016 ada sekitar 320 warga Batam yang terserang penyakit DBD dan dirawat di dua rumah sakit daerah Kepulauan Riau.
Seperti kita ketahui bersama bahwa penyakit DBD itu disebabkan oleh virus dengue. Virus itu menginfeksi tubuh manusia dengan vektor (perantara) nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk dengan ciri khas berbadan belang itu paling suka hidup dan berkembang biak di genangan air jernih.
[caption caption="Jambu biji merah (guava) dan jambu biji Bangkok"]
DBD termasuk salah satu penyakit yang paling ditakuti masyarakat selain penyakit berat lainnya bila penanganannya kurang dini. Begitu banyak penderita penyakit DBD itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir lantaran terlambat dalam penanganannya.
Upaya yang umum dilakukan untuk mencegah merebaknya wabah DBD itu ialah dengan memberantas sarang nyamuk beserta jentik-jentiknya antara lain dengan menerapkan program 4 M, mengubur (menimbun) barang-barang bekas seperti kaleng atau wadah air lainnya, secara teratur menguras (membersihkan) bak mandi atau kolam yang ada di rumah, menutup tandon air atau kubangan air yang tak berguna serta rajin memantau lingkungan rumah dan sekitarnya.
Penyemprotan bahan kimia tertentu (Fogging) juga kerap dilakukan meski sebagian orang kurang setuju dengan cara itu karena dianggap merusak alam. Bahan kimia yang terkandung dalam obat nyamuk itu tak bisa diuraikan lagi oleh alam (non bio degradable).
Penderita penyakit DBD memperlihatkan beberapa gejala khusus antara lain ditunjukkan dengan merosotnya jumlah trombosit dalam darahnya. Trombosit atau yang biasa disebut keping darah itu sangat berperan dalam membantu proses pembekuan pembuluh darah yang pecah.
Perusakan terhadap trombosit itulah yang menyebabkan pendarahan atau kebocoran plasma sel tubuh. Sebab itulah DBD harus diwaspadai, deteksi dini terhadap penyakit itu perlu dilakukan minimal oleh anggota keluarga terdekat si penderita.
Upaya pengobatan secara medis dilakukan oleh pihak rumah sakit antara lain dengan menginfus atau memberikan obat-obatan lainnya kepada penderita. Larutan garam isotonis dan ringer asetat sepertinya paling sering digunakan untuk memulihkan kondisi penderita DBD.
Jambu Biji Bisa Sembuhkan Penyakit DBD?