Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dihibur Pengamen Dalam Bus

17 Januari 2016   08:21 Diperbarui: 15 Juli 2016   10:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Duet pengamen, Cak Markasan dan Bagiyo"][/caption]Naik bus kelas ekonomi ternyata tak selalu identik dengan suasana gerah dan perasaan menyebalkan lainnya. Ada saja hal menarik yang bisa kita lihat dan rasakan saat melakukan perjalanan dengan bus bertarif terjangkau itu. Bertemu dengan pengamen misalnya, tapi dua pengamen yang saya lihat itu sepertinya tak sama dengan pengamen kebanyakan. Lagu-lagunya bukan saja enak di telinga para penumpang bus tapi juga syarat akan pesan.

Dua pengamen itu menyanyikan beberapa lagu karya Iwan Fals dan satu lagu berbahasa Jawa dengan lirik yang kocak, berbau sedikit porno, enak didengar tapi tetap menghibur.

Mereka adalah Cak Markasan (43 tahun) dengan ditemani Cak Bagiyo (28 tahun) merupakan duet pengamen yang biasa mangkal di kawasan Jalan Trosobo-Sidoarjo.

Bus antar kota dalam Propinsi Jawa Timur yang hendak menuju Terminal Purabaya - Sidoarjo biasanya banyak menurunkan penumpang di pinggir jalan itu. Duet pengamen tadi bersama para penumpang lainnya sering ikut naik bus dari jalan itu.

Menurut Markasan, hanya bus kelas ekonomi dan padat penumpang saja yang ia masuki. Selain menghibur dengan lagu-lagu kocaknya ia juga mendoakan agar para penumpang selamat sampai tujuan. Kadang bila sang sopir tidak mengijinkan untuk naik maka iapun harus bersabar untuk tidak mengamen dalam bus.

Dengan berbekal gitar kecil (ukulele) dan ketipung yang terbuat dari pipa paralon berukuran 5 dim itu, mereka memulai aksi mengamennya dari bus ke bus. Dalam soal mengamen, mereka memang jagonya.

[caption caption="dengan berbekal ukulele dan ketipung paralon mereka menghibur penumpang"]

[/caption]

Entah berapa puluh atau ratus lagu jalanan telah mereka dendangkan. Mereka sudah malang melintang selama puluhan tahun dalam dunia perngamenan sejak masih muda dari kota asalnya Surabaya.

Para penumpang yang biasa bepergian keluar kota di Propinsi Jawa Timur pasti dengan mudah mengenali duet Cak Markasan dan Bagiyo itu.

Cak Markasan acapkali mengenakan “udeng batik” (semacam ikat kepala) yang menandakan kalau ia pria asli Jawa Timur sedangkan Bagiyo lebih up date, meniru gaya anak muda sekarang dengan rajin berkemeja jeans lengkap dengan topinya yang sudah mulai belel pula.

Cak Markasan dan Bagiyo tak seperti pengamen dalam bus pada umumnya, yang hanya menyanyi asal-asalan untuk sekedar mencari uang recehan untuk hidupnya. Kalau saya perhatikan dari beberapa lagu yang mereka nyanyikan saat mengamen dalam bus siang itu, kebanyakan meminjam lagu-lagu populer karya Iwan Fals.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun