Saat masih boom dulu harga tanaman hias Aglaonema ditentutan dari perlembar daunnya. Saat itu harga perlembar bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah perlembarnya. Coba bayangkan entah berapa banyak keuntungan yang telah diraup seorang pengusaha Aglaonema kala itu. Sayangnya kejayaan Aglaonema tak bertahan lama, tidak langgeng seperti Anggrek yang harganya relatif stabil.
[caption caption="Pride of Sumatera "(repro)]
Aglaonema akan tumbuh dan berkembang dengan baik di dataran rendah sampai sedang. Meski tidak ngetop lagi tapi Aglaonema tetap memiliki pesona tersendiri di hati penghobinya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang hendak bercocok tanam Aglaonema itu, antara lain :
Ketinggian tempat di mana para penghobi atau pemilik Aglaonema menumbuh-kembangkan tanamannya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan bercocok tanam Aglaonema. Di dataran rendah daun baru lebih cepat tumbuh karena sinar matahari lebih banyak tersedia. Butuh waktu antara 25 – 30 hari. Sementara di dataran sedang, yakni pada ketinggian antara 300 – 400 meter di atas permukaan laut ( m dpl) sinar matahari tidak sebanyak di dataran rendah. Pertumbuhan daun baru butuh waktu 35 hari.
[caption caption="Aglaonema hibrida impor, Butterfly"]
Ketinggian tempat jelas berpengaruh pada suhu udara yang ada. Di dataran rendah suhu pada siang hari mencapai 27 – 30 derajad celsius sedangkan pada malam hari suhu berkisar antara 21 – 24 derajad celcius. Pada ketinggian sedang, suhu berkisar antara 24 hingga 27 derajad celcius di siang hari sementara pada malam harinya mencapai 18 sampai 21 derajad celcius.
Suhu yang terlalu rendah seperti di dataran tinggi menyebabkan Aglaonema kekurangan unsur Fosfor (P) hal itu akan merangsang terbentuknya zat hijau daun (khlorofil) sehingga akan menutup warna merah pada daun . Suhu yang terlalu tinggi (panas) juga berpengaruh tidak baik karena warna daun akan menjadi pucat.
[caption caption="Aglaonema hibrida impor, Lady Valentine"]
Tumbuh-kembang Aglaonema juga dipengaruhi kelembaban udara. Kelembaban yang terlalu tinggi karena rendahnya proses penguapan menyebabkan daya serap terhadap zat hara menjadi berkurang. Sebaiknya dikendalikan pada kisaran 50 – 75%. Kelembaban di bawah 50% menyebabkan daun muda cepat mengering dan akhirnya layu sebelum berkembang. Kelembaban di atas 75% memicu tumbuhnya cendawan (jamur) yang pada akhirnya merusak media tanam dan mengganggu pertumbuhan tanaman Aglaonema. Mengendalikan kelembaban udara memang tampak ribet karena memerlukan alat higrometer.
Tanaman Aglaonema termasuk manja dalam perawatannya. Kebutuhan akan intensitas sinar atau cahaya matahari juga tak kalah pentingnya. Kekurangan atau terlalu banyak cahaya juga berpengaruh tidak baik bagi tumbuh-kembang tanaman. Terlalu banyak cahaya matahari menyebabkan daun berwarna seperti terbakar, kuning-coklat-kehitaman (black necrosis). Singkat kata Aglaonema dalam tumbuh-kembangnya butuh cahaya dalam jumlah sedang.
[caption caption="Maniilompech Lipstick, Aglaonema hibrida impor (Thailand)"]