Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penjual Telur Sepanjang Masa

24 Agustus 2015   21:19 Diperbarui: 24 Agustus 2015   21:19 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin bukan hal yang aneh atau baru lagi bila ada seorang perempuan berjualan telur ayam kampung (Jawa = endog) yang dijajakan sambil berjalan kaki dari desa ke desa. Anda atau saya melihat hal itu sebagai pemandangan biasa.

Tapi kemudian menjadi pusat perhatian banyak orang karena yang berjualan telur ayam kampung tadi adalah seorang perempuan tua yang sudah semestinya berdiam diri dan duduk manis saja di rumahnya. Dia adalah Mbok Muna (90 tahun) warga Desa Kesamben, Driyorejo-Gresik-Jawa Timur.

Perempuan yang oleh warga desa dijuluki “Mbok Endog Samben” itu memang kelahiran Desa Kesamben. Dia menjajakan telur ayam kampung justru bukan di desa asalnya melainkan di kompleks perumahan warga Sumput Asri yang berada tidak jauh dari desanya.

“Anak-anakke podho nang endi mbah?” (anak-anaknya pada kemana mbah) tanya saya dengan Bahasa Jawa.

“Yo ono nang omah nak” (ada di rumah nak) sahut perempuan tua itu.

Saya kagum sekaligus iba saat melihat perempuan ini menjajakan telur. Di usianya yang sudah sangat renta perempuan ini masih sanggup mengais rezeki dengan menjajakan telur ayam kampung dari rumah ke rumah.

Warga di desanya sudah sangat mengenal perempuan tua ini. Telur ayam kampung yang dijajakannya selalu habis diborong warga. Mereka biasanya memanfaatkan telur-telur itu untuk campuran jamu kesehatan.

Lalu di mana anak-anak Mbok Muna? Mengapa Anak-anak Mbok Muna tega membiarkan dirinya berjualan dengan berjalan kaki yang cukup jauh?

Mbok Muna kini tinggal bersama kelima anaknya. Sayang saya tak berhasil mengabadikan kondisi tempat tinggalnya. Semua anak-anaknya sudah berkeluarga. Menurut pengakuannya sendiri, sebenarnya semua anak-anaknya sudah melarangnya berjualan selain karena usianya yang sudah tua juga semua anaknya merasa mampu untuk menghidupinya.

“Anak-anakku gak ngolehi aku dodolon ndog maneh nak” (anak-anak saya tidak memperbolehkan saya berjualan telur lagi) akunya kepada saya saat beristirahat usai menjajakan telur di Perumahan Sumput Asri Gresik.

Mbok Muna memang keras kepala. Ia tak mau mengikuti saran anak-anaknya untuk tidak berjualan telur lagi di usianya yang sudah sangat renta itu. Ia bahkan tak mau menyerah dengan tubuh rapuhnya. Meski berjalannya sudah terseok-seok namun tetap saja ia bersemangat menjajakan telur-telurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun