Setiap menjelang hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 2015 besuk mengingatkan saya pada dua hal. Pertama, sudah menjadi tradisi tahunan setiap menjelang peringatan Kemerdekaan RI di berbagai pelosok tanah air diadakan beraneka macam perlombaan dan perayaan.
Apakah itu perlombaan yang bersifat hiburan sederhana, misalnya : panjat pinang, pukul bantal, balap karung, tarik tambang dan lainnya. Jenis lomba biasanya disesuaikan dengan tingkatan usia. Untuk anak-anak, kaum ibu dan para bapak jenis perlombaannya tentu tidak sama.
Atau perlombaan yang lebih serius, seperti pergelaran seni, lomba olah-raga, lomba gerak jalan antar kota, lomba kebersihan lingkungan, lomba menghias gapura dan masih banyak lagi.
Kedua, sudah menjadi tradisi kalau pada tanggal 16 Agustus malam (malam Tujuh Belasan) di banyak daerah diadakan acara makan-makan, kadang di malam Tujuh Belasan itu juga diselingi acara pidato yang disampaikan oleh tokoh masyarakat setempat. Biasanya isi pidato berkisar pada sejarah dan perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Biasanya yang menyampaikan sambutan itu adalah tokoh masyarakat yang dulu pernah terlibat langsung dalam perang kemerdekaan RI (pejuang veteran) atau paling tidak warga biasa yang banyak tahu tentang sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Untuk acara perlombaan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan RI itu setiap daerah di tanah air berlomba-lomba menghiasi kampungnya dengan bangunan gapura yang unik. Kerlap-kerlip lampu flip-flop dipasang menghiasi kampung mereka.
Begitu pula dengan rangkaian bendera juga terlihat dipasang di atas jalan (gang) kampung. Di depan setiap rumah warga berdiri tiang lengkap dengan bendera sang saka merah putih. Pendek kata, warga masyarakat sangat antusias menghiasi kampung mereka agar terlihat meriah dan semarak.
Namun dibalik kemeriahan perayaan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan RI yang untuk tahun ini merupakan HUT yang ke-70 itu ada yang tak boleh kita lupakan, yang merupakan esensi dari peringatan itu sendiri.
Renungan malam Tujuh Belasan yang materinya biasanya disampaikan oleh tokoh atau mantan pejuang kemerdekaan RI itu merupakan bahan ingatan agar kita sebagai warga bangsa bisa mengambil hikmah, memetik pelajaran dari keteladanan para pejuang bangsa di masa lalu.
Meski mungkin terkesan klise, namun nasihat yang disampaikan para tokoh dalam renungan malam Tujuh Belasan mengingatkan kembali bahwa kemerdekaan yang kita raih merupakan Rahmat Allah, pengorbanan jiwa, raga dan perasaan serta kristalisasi keringat para pejuang bangsa kala itu.