[caption id="attachment_414412" align="aligncenter" width="500" caption="Bermain internet gratis di Taman Prestasi Surabaya"][/caption]
Keinginan untuk mewujudkan sebuah kota cerdas dewasa ini tampaknya sudah menjadi target bagi kebanyakan pemimpin daerah dan warganya. Banyak kota di Indonesia sedang berupaya keras mewujudkan tercapainya kota cerdas itu.
Memang untuk mewujudkan kota cerdas bukanlah pekerjaan yang ringan. Selain diperlukan sarana atau infrastruktur yang cerdas juga mentalitas warga yang hidup di kota atau daerah ituharus cerdas pula.
Mungkin cita-cita atau impian mewujudkan kota cerdas terkesan melip, nyatanya tak sedikit para pemimpin daerah di Indonesia berjuang keras melakukan gebrakan demi terwujudnya kota yang diidam-idamkan warganya itu.
Banyak pendapat mengatakan bahwa kota cerdas adalah kota yang cerdas dalam segala hal. Para penduduk yang tinggal di dalamnya memiliki mentalitas yang cerdas. Selain itu dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan, teknologi dan lainnya harus cerdas pula.
Surabaya misalnya, kota metropolitan kedua setelah Jakarta itu khabarnya juga sedang berupaya keras menggapai cita-citanya, yakni menuju terwujudnya sebuah kota mandiri yang aman, nyaman dan berkesinambungan.
Masih ingat bukan gebrakan Bu Tri Rismaharini, Walikota Surabaya saat menutup lokalisasi PSK di kawasan Jarak dan Gang Dolly Surabaya. Meski ia sadar bahwa tindakannya itu menuai pro dan kontra dari banyak pihak namun beliau tetap saja teguh pada pendiriannya.
[caption id="attachment_414413" align="aligncenter" width="400" caption="Taman Bungkul Surabaya"]
Tak hanya itu Bu Risma juga sangat peduli dengan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan kota pahlawan itu. Tak heran bila ketika Taman Bungkul dirusak orang saat insiden bagi-bagi es krim gratis pada Mei 2014 yang baru lalu, Bu Risma murka benar. Beliau tak segan-segan turun langsung untuk membantu membenahi kembali taman kebanggaan warga Surabaya yang telah memperoleh penghargaan internasional itu.
Beliau sejak awal memang menaruh perhatian penuh terhadap masalah-masalah pertamanan dan tata kelola di kota yang dipimpinnya itu.
[caption id="attachment_414416" align="aligncenter" width="400" caption="Monumen ikan hiu dan buaya di depan KBS"]
Ketika banyak koleksi satwa di Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang mati akibat teledornya pihak pengelola KBS maka Bu Rismapun turun tangan dan urun rembuk demi kebaikan kebun binatang warisan Belanda itu.
Bu Risma memang terbukti sebagai walikota yang enerjik dan cerdas tapi apakah semua perangkat di bawahnya (anak buahnya) juga cerdas?. Apakah warga Surabaya secara keseluruhan juga sudah cerdas sehingga terwujud Kota Surabaya yang cerdas?
Mari kita tengok berbagai aspek yang memungkinkan Kota Surabaya pantas dijuluki sebagai kota cerdas. Kota Surabaya dikenal sebagai kota industri, dagang, maritim dan pendidikan atau disingkat dengan Indamardi. Sejak dulu, kota yang sudah ada sejak tahun 1293 itu memang sudah maju dalam soal perdagangan itu.
Untuk mempercepat akses perdagangan dan lainnya, Surabaya melengkapi dirinya dengan berbagai jalur transportasi diantaranya transportasi darat, laut dan udara. Alat trasportasi darat yang tersedia di Surabaya berupa : bus kota, angkutan perkotaan (angkot), angkutan serbaguna (angguna) bahkan juga becak. Angkutan kota yang berupa lyn bemo paling banyak kita temukan di Kota Surabaya. Ada sekitar 57 rute.
[caption id="attachment_414429" align="aligncenter" width="250" caption="Stasiun Angkutan Kota Joyoboyo Surabaya"]
Dinas Perhubungan Kota Surabaya telah membangun terminal berbagai tipe dilengkapi subterminal dan pangkalan angkot. Terminal yang ada meliputi tipe A (Terminal Purabaya, Tambak Osowilangun), tipe B (Terminal Joyoboyo) dan tipe C (Terminal Bratang).
[caption id="attachment_414430" align="aligncenter" width="400" caption="Stasiun Kereta Api Pasar Turi Surabaya"]
Transportasi darat diperkuat dengan keberadaan Stasiun Pasar Turi, Surabaya Kota (Semut), Gubeng dan Wonokromo. Kesemua stasiun kereta api itu bekerja di bawah naungan PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daops) VIII Surabaya.
Akses menjadi semakin cepat dengan dukungan jalur transportasi laut dan udara. Sejak tahun 1910 Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya telah membuktikan dirinya menjadi pelabuhan laut yang tangguh.
[caption id="attachment_414432" align="aligncenter" width="400" caption="Bandara Udara Juanda Surabaya "]
Pelabuhan ini telah berkontribusi bagi perkembangan ekonomi Jatim dan juga daerah-daerah di kawasan Indonesia bagian Timur. Bandara udara Juanda nan modern juga semakin mendukung terwujudnya kota cerdas Surabaya. Bandara ini menunjukkan kontribusinya dalam mempercepat akses perdagangan maupun yang lainnya.
Ketika diwawancarai Najwa Shihab di acara Mata Najwa Metro TV, Bu Tri Rismaharini mengatakan bahwa setiap berkoordinasi dengan anak buahnya beliau selalu menggunakan I-Pad. Bu Risma memantau perkembangan Surabaya dari berbagai aspek lewat laporan yang dikirimkan melalui E-mail.
Agar Surabaya cerdas secara teknologi, Bu Risma juga para walikota terdahulu bersama seluruh jajarannya mulai menerapkan konsep ICT yakni Information, Communication dan Technology. Bu Risma memang sangat kondang dengan program blusukannya. Beliau juga tahu persis kinerja anak buahnya melalui I-Pad yang dibawanya.
Penerapan ICT juga bersinergi dengan pembangunan CCTV di berbagai sudut Kota Surabaya. Malahan kini warga Surabaya dan juga para pendatang mulai bisa menikmati akses WiFi secara gratis. Akses WiFi gratis bisa diperoleh antara lain di Taman Prestasi Surabaya, Taman Bungkul, Perpustakaan Bank Indonesia dan masih banyak tempat lain di Surabaya.
Cepat atau lambat, Surabaya akan meninggalkan kebiasaan lama dan menggapai impiannya sebagai kota cerdas. Tak bisa dipungkiri bila julukan kota cerdas yang disandangnya identik dengan gebrakan baru dalam dunia teknologi informatika. Untuk mempercepat dan mempermudah akses dengan berbagai pihak maka Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya melakukan program edukasi internet kepada para pelajar, pamong praja juga para aparat di lingkungan pemkot Surabaya.
Kini banyak kalangan menyebut Surabaya sebagai kota multimedia atau Surabaya Multimedia City. Program-program berbasis internet mulai dibiasakan seperti Surabaya Broadband of Government, Broadband Citizen dan Broadband Community.
Program ini bersinergi dengan stasiun radio dan televisi yang ada di kota berlambang ikan hiu dan buaya itu. Siaran radio dan televisi yang dulu hanya menonjolkan aspek entertain (hiburan) kini mulai dijadikan sarana mempercepat akses dengan banyak pihak. Berbagai peristiwa yang menyangkut kiprah warga dan berbagai aktivitas kota lainnya kini bisa dipantau dengan mudah lewat siaran radio dan televisi yang ada di Surabaya secara real time.
Meski tak sebesar dan segemerlap Jakarta sebagai ibu kota negara namun Surabaya yang mayoritas warganya masih relatif homogen (bukan warga pendatang) itu tak terlalu sulit baginya menerapkan berbagai program yang menjadikannya cerdas secara lingkungan.
Pengelolaan lingkungan dan sanitasi jelas sudah menjadi kebutuhan warga Kota Surabaya. Keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan. Seperti dua sisi mata uang logam. Masalah lingkungan biasanya dikaitkan dengan pengelolaan sampah. Untuk masalah itu Pemkot Surabayamenerapkan program 3R yaitu : Reduce (pengurangan), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang).
Warga Surabaya dilarang keras membuang sampah sembarangan di sungai sebab tindakan itu jelas akan mengganggu fungsi sungai sebagai sarana konservasi dan rekreasi. Tumpukan sampah di beberapa penjuru Kota Surabaya kadang tak dapat dihindarkan.
Bahayanya adalah sampah-sampah tadi akan menjadi habitat yang nyaman bagi beberapa serangga pembawa penyakit, seperti : lalat, nyamuk, kecoa dan tikus. Maka sampah perlu dikelola secara tepat dengan program minimalisasi atau 3R itu.
Pengelolaan sanitasi selalu berkaitan dengan penyediaan (kualitas) air bersih. Sanitasi pada dasarnya merupakan upaya manusia dalam hal ini masyarakat Surabaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Sanitasi yang buruk berakibat pada munculnya berbagai penyakit seperti diare, muntaber dan penyakit gatal-gatal pada kulit.
Secara sosial-ekonomi Surabaya memang patut diacungi jempol. Biaya hidup di Surabaya kata sebagian orang relatif lebih murah ketimbang di Jakarta. Upah minimum kota (UMK) Surabaya termasuk tinggi, yakni sekitar 2,7 juta. Upah itu paling tinggi bila dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Warga Surabaya yang menggantungkan hidupnya sebagai buruh pabrik di kawasan industri Rungkut tentu merasa bersyukur bisa hidup di Surabaya dengan penghasilan yang lumayan tinggi.
Kota tua Surabaya dengan berbagai objek wisata yang ada di dalamnya ternyata berpotensi meningkatkan pendapatan daerah. Warga yang mengais rezeki dalam objek wisata itu penghasilannya menjadi terangkat. Bukan hanya industri yang berkembang pesat yang menjadikan Surabaya cerdas secara ekonomi, sumber daya lainnya seperti sektor pariwisata harusnya jangan terlewatkan. Potensinya juga tak kalah besarnya dengan sektor lainnya.
Untuk membuktikan bahwa Surabaya secara sosial tergolong kota yang cerdas, mari kita kunjungi salah satu kawasan di Surabaya, yakni Kampoeng Wisata Jambangan. Desa ini pantas menjadi contoh hunian warga yang aman dan nyaman.Tokoh dan masyarakat setempat dengan mudah bisa berinteraksi. Kampoeng Jambangan layak menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia, khususnya bagi perkampungan lain yang ada di wilayah Surabaya.
[caption id="attachment_414434" align="aligncenter" width="400" caption="Pengelolaan sampah di Kampung Jambangan Surabaya"]