[caption id="attachment_408223" align="aligncenter" width="500" caption="Dawet Hitam khas Kutoarjo, Purworejo-Jawa Tengah"][/caption]
Dawet merupakan salah satu jenis minuman yang sudah sangat familiar dan paling mudah kita temukan di sekitar tempat tinggalkita.
Beberapa daerah seperti Banjarnegara, Jepara, Surabaya, Ponorogo, Madura dan lainnya menjadi asal dari minuman unik ini. Dawet dari masing-masing daerah itu memiliki ciri khas tertentu yang dengan mudah dikenali oleh penikmatnya.
Anda akan lebih mudah mengenali Dawet Jepara misalnya karena di lapak penjual dawet itu dipajang mangkuk atau wadah dawet yang terbuat dari keramik tanah liat. Bentuk mangkuk dan wadah dawet juga terlihat unik dan khas.
Atau Dawet Ayu Banjarnegara, di lapaknya biasanya dihiasi ornamen punokawan yakni semar dan gareng atau petruk. Khabarnya, bahan untuk Dawet Ayu ini tidak sembarangan melainkan didatangkan secara khusus dari Kota Banjarnegara di Jawa Tengah.
[caption id="attachment_408227" align="aligncenter" width="350" caption="Dawet Hitam kreasi Pak Budiono Gresik"]
Menikmati minuman dawet kini tak harus dengan datang ke kota asalnya. Kalau hanya sekedar ingin mencicipi Dawet Ireng (Hitam) yang khas Kota Kutoarjo, Purworejo-Jawa Tengah maka kita tak perlu datang jauh-jauh ke Jawa Tengah, di beberapa daerah di Jawa Timur seperti Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, dawet hitam bisa juga Anda nikmati di sana.
Semula saya mengira kalau Dawet Hitam itu dibuat dari bahan ketan hitam ternyata dugaan saya keliru. Warna hitam pada dawet itu berasal dari batang padi (Jawa = merang) yang dibakar sehingga menghasilkan abu. Nah abu merang inilah yang digunakan sebagai pewarnanya.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Dawet Hitam, saya mencoba mendatangi sebuah pasar kaget yang ada di Kota Gresik, Jawa Timur.
[caption id="attachment_408231" align="aligncenter" width="250" caption="Wow dawetnya memang hitam"]
Adalah Pak Budiono, salah seorang penjual dawet hitam yang saya jumpai di pasar itu.Dawet Hitam ala Pak Budiono Gresik ini tak kalah dengan di daerah asalnya, Kutoarjo. Dengan menggunakan sepeda motor ia berjualan keliling di kawasan-kawasan tertentu di Kota Gresik.
“Untuk musim hujan seperti sekarang ini, penjualan dawet sedikit menurun. Sehari saya bisa menjual 200 gelas Dawet Hitam dik, segelas harganya Rp. 3000,-” terang Pak Budiono.
Bahan untuk Dawet Hitam bukan berasal dari tepung terigu atau beras melainkan dibuat secara khusus dari tepung sagu. Bila sekilo tepung beras/terigu berharga Rp. 8000,- maka untuk sagu harganya sedikit lebih mahal yakni Rp. 10.000,-.
[caption id="attachment_408232" align="aligncenter" width="350" caption="Gula merah yang kental manis"]
“Dari sagu lebih gampang dan rasanya unik” kata Pak Budiono dengan singkat.
Pak Budiono mengaku meski pada musim hujan di mana secara alamiah orang enggan untuk minum namun penjualan Dawet Hitam buatannya tetap lumayan laris. Terutama pada hari Minggu atau liburan hari besar, lapaknya banyak didatangi para pembeli.
Ia tak perlu capek-capek menjalankan lapak motornya keliling kota, cukup dengan hanya mangkal di pinggir jalan salah satu pasar kaget yang ada di kota pudak itu.
[caption id="attachment_408234" align="aligncenter" width="350" caption="Santan kental yang sudah bercampur potongan es batu"]
“Wah kalau musim kemarau lebih laris lagi dik, sehari bisa 500 sampai 600 gelas” lanjut Pak Budiono dengan bangga.
Tak berbeda jauh dengan minuman dawet dari kota lain, dawet hitam Kutoarjo disajikan dengan tambahan santan gurih dan larutan gula merah yang kental manis.
Kata Pak Budiono, santan untuk dawet hitam akan lebih afdol bila dibuat dari kelapa tua. Sebab kualitas santannya akan lebih bagus. Biasanya ke dalam wadah santan ditambahkan potongan-potongan kecil es batu.
Kalau sudah begini jadilah es dawet hitam yang menyegarkan. Es dawet hitam khas Kutoarjo kreasi Pak Budiono akan menjadi salah satu minuman khas daerah yang selalu dirindukan penikmatnya.
[caption id="attachment_408235" align="aligncenter" width="350" caption="Pembeli mendatangi lapak Es Dawet Hitam Budiono"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H