Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nyai Jimad Tua tapi Mempesona

29 Agustus 2013   19:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:38 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_284329" align="aligncenter" width="371" caption="Kereta kuno Nyai Jimad"][/caption] Menikmati sudut-sudut kota tua Yogyakarta di malam hari terasa sungguh mengasyikkan. Ini kami lakukan setelah mudik berlebaran ke Cilacap Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu. Hari masih sore ketika kami berlima sampai di terminal Giwangan Yogyakarta. Berkat petunjuk salah satu penumpang bus, kami sekeluarga akhirnya memutuskan untuk menginap di sebuah losmen sederhana di dekat terminal yang megah itu. Saya dan Lely keponakan tertua ingin mengisi sore itu dengan mengunjungi kompleks Keraton Yogyakarta. Sedangkan istri, anak dan seorang keponakan yang juga adik Lely lebih memilih menghabiskan waktu dengan beristirahat di losmen itu. Sungguh kecewa hati kami ketika sampai di kawasan Rotowijayan ternyata keraton sudah tutup. Namun kami sempat memperoleh informasi dari seorang petugas keraton kalau Museum Kereta Kuda Kuno yang berada di sebelah keraton justru masih dibuka untuk pengunjung. Tanpa buang-buang kesempatan kami akhirnya menuju museum tersebut. Museum Kereta Kuda kuno milik Kesultanan Yogyakarta ini berjumlah puluhan. Di tempat inilah wisatawan bisa melihat langsung berbagai jenis kereta kuda kuno nan antik yang dulu digunakan oleh para Sultan dan keturunannya. Kereta-kereta kuda kuno ini umumnya dipesan dari Belanda. Semuanya masih dalam keadaan baik dan terawat. Bahkan, ada kereta yang dibuat pada tahun 1700-an. Setiap pengunjung museum dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 4000,-. Tentu sangat terjangkau bila dibandingkan dengan manfaatnya yang sangat besar itu. Ada sekitar dua puluh tiga kereta kuda kuno yang tersimpan dan terawat dengan baik di Museum Kereta Rotowijayan Yogyakarta. Kereta kuda ini dulunya menjadi kendaraan Sultan Yogyayakarta dan para kerabat kesultanan. Seperti misalnya Kereta Kanjeng Nyai Jimad. Konon merupakan kebanggaan dan pusaka Keraton Yogyakarta. Kereta ini merupakan hadiah Negara Spanyol yang dibuat pada 1750. Kereta ini termasuk yang tertua diantara koleksi kereta kuno yang ada di museum tersebut.

[caption id="attachment_284241" align="aligncenter" width="400" caption="Kereta kuda kuno Kyai Manik Retno"]

1377777519269700233
1377777519269700233
[/caption] Lain lagi dengan Kereta Kyai Manik Retno. Kereta kuda kuno bersejarah ini dibeli pada masa Sultan Hamengkubuwono ke IV pada sekitar tahun 1815. Kereta kuda ini ditarik oleh empat ekor kuda dan dijadikan kendaraan pesiar Sri Sultan dengan permaisurinya.

[caption id="attachment_284242" align="aligncenter" width="400" caption="Kereta kuda kuno Garuda Yeksa"]

13777777502014600320
13777777502014600320
[/caption] Kereta Kyai Garuda Yeksa. Kereta kuno ini menjadi kendaraan Sultan Hamengkubuwono ke VI yang dibuat pada tahun 1861. Berlapiskan emas sehingga mendapat julukan Kareta Kencono.

[caption id="attachment_284243" align="aligncenter" width="400" caption="Kereta kuda kuno Kyai Rejo Pawoko"]

1377777978877468186
1377777978877468186
[/caption] Begitu pula dengan kereta kuno Rejo Pawoko. Diproduksi pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Kereta kuda kuno nan antik ini konon dibeli bersamaan dengan lahirnya Bung Karno pada tahun 1901. Museum kereta kuno Kesultanan Yogya memang terbilang unik karena tidak dijumpai di kota lain di Indonesia tercinta ini. Pada bulan Suro di museum ini ada tradisi "Jamasan" yaitu memandikan atau memberi makan berbagai pusaka dan kereta dengan sesaji dan ritual tertentu. Kereta-kereta kuda kuno ini menjadi bukti kebesaran Kesultanan Yogyakarta di masa lalu. Menjadi warisan sejarah yang sangat berharga buat generasi sekarang. Kereta kuda kuno dengan teknologi masa silam yang sekaligus menjadi bukti hubungan diplomatik kesultanan ini dengan negara lain. Umumnya koleksi kereta kuda kuno ini masih terawat dengan baik. Kala itu berfungsi sebagai kendaraan penting pembesar-pembesar keraton. Bagi traveler yang penasaran dan ingin mengunjungi museum ini bisa mengunjunginya di kawasan Rotowijayan kompleks keraton. Kawasan ini tidak jauh dari alun-alun Yogyakarta. Ada banyak angkutan umum dari Terminal Giwangan yang bisa mengantar Anda untuk bisa sampai ke museum tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun