[caption id="attachment_291505" align="aligncenter" width="440" caption="Masjid cantik di kompleks pusara Mbah Ratu Ayu"][/caption]
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan akibat macetnya lalu lintas di kawasan Kejapanan akhirnya bus yang membawa rombongan kami berhenti di Kota Bangil. Di kota yang kental dengan nuansa Islamnya ini kita akan mengunjungi makam seorang pejuang Islam. Nama beliau adalah Syarifah Khadijah atau sering juga dipanggil Mbah Ratu Ayu Bangil.
[caption id="attachment_291508" align="aligncenter" width="400" caption="Kompleks makam Mbah Ratu Ayu"]
[/caption] Melihat namanya pejuang Islam ini memang seorang wanita. Menurut sejarahnya Mbah Ratu Ayu masih ada hubungan dengan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon-Jawa Barat. Makanya di belakang nama beliau ditambahkan binti Syarif Hidayatullah. [caption id="attachment_291509" align="aligncenter" width="400" caption="Papan nama di kompleks makam Mbah Ratu Ayu"]
[/caption] Kompleks makam Mbah Ratu Ayu berada di kawasan rest area Swadesi Kersikan, bangil-Pasuruan. Bagi traveler yang ingin melancong ke kota santri Bangil tidak ada salahnya bila meluangkan waktu sejenak untuk mengunjungi pusara wali perempuan yang konon semasa hidupnya memang berparas ayu (cantik). [caption id="attachment_291512" align="aligncenter" width="400" caption="Peziarah menuju kompleks makam Mbah Ratu Ayu"]
[/caption] Sebelum sampai di kompleks makam, kita atau traveler lainnya akan menjumpai warung-warung kuliner yang menyediakan beraneka-macam masakan khas Jawa Timur. Tidak terkecuali menu khas Bangil yaitu sate gule. Di depan warung tersedia area parkir yang cukup luas. Puluhan bus pariwisata bisa dengan leluasa parkir di tempat ini. [caption id="attachment_291513" align="aligncenter" width="300" caption="Pusara Syarifah Khadijah atau Mbah Ratu Ayu"]
[/caption] Tidak jauh dari pusara Mbah Ratu Ayu traveler akan menjumpai sebuah masjid yang menjadi "tetenger" kompleks makam ini. Masjid ini memiliki gaya arsitektur yang menawan. Selepas menunaikan ibadah Sholat Dhuhur secara berjamaah, Kyai Wachid memimpin istigosah dan tahlil di pusara Mbah Ratu Ayu. Dalam bus, kyai kocak ini memulai kisahnya tentang Mbah Ratu Ayu. Cerita dimakamkannya Mbah Ratu Ayu di Bangil ini bermula ketika suatu saat cucu Sunan Gunung Jati ini mendadak dirundung rasa kangen yang begitu dalam kepada kedua putranya yang tengah belajar agama di pondok pesantren milik Mbah Soleh Semendi di daerah Winongan yang tak lain masih familinya sendiri. [caption id="attachment_291514" align="aligncenter" width="300" caption="Pusara suami Mbah Ratu Ayu berada di samping makam beliau"]
[/caption] Akhirnya berangkatlah beliau mengunjungi kedua putranya, Sayid Arif Basyaiban di Segoropuro (Rejoso-Pasuruan) dan Sayid Sulaiman di Mojoagung (Jombang). Namun sepulang menjenguk kedua putranya, Mbah Ratu Ayu mendadak sakit saat di daerah Bangil dan akhirnya beliau meninggal. Setelah meninggal Syarifah Khadijah dimakamkan di pemakaman di kawasan yang sekarang disebut dengan "Wetan Alun" (wetan=timur, alun=lapangan/alun-alun) karena memang kompleks makam Mbah Ratu Ayu itu berada di sebelah timur alun-alun Kota Bangil. [caption id="attachment_291515" align="aligncenter" width="400" caption="Peziarah memasuki pusara Mbah Ratu Ayu"]
[/caption] Mbah Ratu Ayu termasuk sosok yang sangat berjasa bagi pengembangan Islam di Kabupaten Pasuruan. Beliau merupakan cikal bakal bagi ulama-ulama besar di daerah Pasuruan. Melahirkan penerus berupa ulama besar di Pasuruan tidaklah muncul dengan sendirinya. Selain karena silsilah beliau dari salah seorang Wali Songo, suami Mbah Ratu Ayu juga orang yang sangat terhormat. Beliau adalah Habib Abdurrahman bin Umar Baasyaiban. [caption id="attachment_291516" align="aligncenter" width="400" caption="Menyempatkan diri berburu busana muslim"]
[/caption] Di kalangan orang Jawa, Habib Abdurrahman lebih dikenal dengan sebutan "Jaka Tingkir". Sayangnya pendidikan sejarah Islam seperti ini tidak banyak diketahui oleh anak cucu kita, karena kurangnya upaya pewarisan nilai-nilai sejarah kepada anak cucu. Di sekolah-sekolah juga jarang sekali dikenalkan pelajaran tentang sejarah Islam seperti ini. Padahal ini sangat penting bagi generasi penerus bangsa. [caption id="attachment_291518" align="aligncenter" width="400" caption="Para pemilik toko busana muslim ini didominasi oleh etnis Arab"]
[/caption] Selesai membacakan tahlil di pusara Mbah Ratu Ayu, anggota rombongan kembali menuju bus di area parkir. Sebab perjalanan akan dilanjutkan menuju Pasuruan. Di sana kita akan mengunjungi makam seorang tokoh Islam yang juga menjadi putra Mbah Ratu Ayu yaitu Sayid Arif Segoropuro. Namun sebelum kembali ke bus kesempatan yang ada dimanfaatkan para anggota rombongan untuk berburu busana muslim. Di depan pusara Mbah Ratu Ayu ada puluhan toko yang menyediakan berbagai busana muslim lengkap dengan hiasan bordir yang anggun. Para pemilik toko-toko itu rata-rata berasal dari etnis Arab. Tidak berlebihan kiranya bila sebagian orang menyebut Bangil sebagai kota santri, karena memang banyak penduduknya berasal dari keturunan etnis Arab yang mayoritas beragama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya