[caption id="attachment_400926" align="aligncenter" width="500" caption="Klenteng Kwan Sing Bio Tuban, Jawa Timur"][/caption]
Belum sampai masuk gerbang Klenteng Kwan Sing Bio, baru beberapa puluh meter saja, saya sudah bisa merasakan bau harum lidi hio (yu swa). Saya masih harus mondar-mandir sebentar di depan klenteng untuk mencari tempat parkir motor yang pas.
Sebenarnya masih ada beberapa destinasi lain yang harus saya kunjungi namun apa daya hari semakin sore dan sepertinya hujan akan turun. Saya tak ingin pulang ke Gresik kemalaman di jalan sebab mata ini sudah tak begitu tajam seperti saat muda dulu.
[caption id="attachment_400927" align="aligncenter" width="400" caption="Ada replika kepiting raksasa di gerbang masuk klenteng"]
Mendung tebal menyelimuti kawasan Jalan Martadinata Tuban dimana klenteng berada, pikir saya semangat tak boleh pupus hanya karena mendung, lagi pula jarak klenteng ini dengan Alun-alun Tuban juga tak seberapa jauh. Paling hanya sekitar 2 kilometer saja.
Biasanya rombongan wisatawan yang penasaran dan ingin menyaksikan kecantikan klenteng ini cukup dengan hanya naik becak dari alun-alun. Ongkosnyapun tak terlalu mahal.
[caption id="attachment_400928" align="aligncenter" width="400" caption="Lapak penjual makanan di depan klenteng"]
Dari luar suasana klenteng masih tampak sepi. Asal tahu saja, klenteng ini selain menarik juga menghadap langsung ke Laut Tuban (pantai utara Jawa). Menariknya, sebelum memasuki bangunan utama para pengunjung akan melewati sebuah gerbang dimana di atasnya bertengger replika seekor kepiting raksasa.
Konon replika kepiting ini menjadi ciri khas Klenteng Kwan Sing Bio dan tiada duanya di Indonesia. Klenteng ini termasuk tua sebab sudah ada sejak abad ke-18. Kala itu tempat dimana klenteng didirikan merupakan areal pertambakan, di situlah banyak ditemukan kepiting.
[caption id="attachment_400929" align="aligncenter" width="300" caption="Bangunan mirip tungku pembakaran"]
Menurut umat Tionghoa, kepiting diyakini sebagai hewan yang mampu melindungi umat sekaligus mengusir unsur jahat. Mungkin karena keyakinan inilah hampir di setiap bangunan klenteng ditempatkan ornamen berupa hewan kepiting selain naga.
Seperti bangunan klenteng lainnya, Kwan Sing Bio juga dominan dengan warna merah menyala, kuning dan tentunya hijau.
[caption id="attachment_400930" align="aligncenter" width="400" caption="Bangunan megah layaknya istana raja Tiongkok"]
Persis di depan klenteng terlihat beberapa lapak dorong penjual makanan. Mereka memang biasa mangkal di sana. Di bawah teduhnya pohon besar itulah para pedagang memarkir lapak dorongnya.
Tak lama kemudian dari dalam klenteng keluar seorang lelaki berbadan tambun, ia tak lain adalah penjaga klenteng ini. Sang penjaga mempersilahkan saya untuk melihat-lihat seisi klenteng.
[caption id="attachment_400931" align="aligncenter" width="350" caption="Kolam pemercantik bangunan klenteng"]
Beberapa klenteng yang pernah saya kunjungi menerapkan aturan yang sama bagi para wisatawan/pengunjungnya. Mereka tak diperkenankan memotret dewa-dewa yang ada dalam ruangan khusus persembahyangan.
Paham akan aturan klenteng, akhirnya saya putuskan untuk keluar kembali, menuju bangunan lainnya yang masih satu kompleks dengan Klenteng Kwan Sing Bio.
[caption id="attachment_400932" align="aligncenter" width="400" caption="Jembatan kecil di bawahnya ada kolam"]
Beberapa bangunan megah layaknya istana raja Tiongkok terlihat di sana. Ada taman yang indah lengkap dengan bunga berwarna-warni.
Untuk menuju ke bangunan mirip istana itu pengunjung harus melewati jembatan kecil yang di bawahnya mengalir kolam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H