Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pasar Burung Diponegoro, Objek Wisata Meriah di Surabaya

20 Maret 2014   16:28 Diperbarui: 4 April 2017   16:26 2404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengisi liburan dengan melancong ke Surabaya tidak sebatas menikmati pesona gedung-gedung tua warisan kolonial Belanda atau mungkin mencicipi beraneka macam kulinernya yang khas. Untuk menghindari kebosanan bertraveling di kota pahlawan ini coba kita menyusuri Jalan Diponegoro Surabaya.

Jalan yang mengadobsi nama pahlawan bersorban dengan menunggangi kuda ini puluhan tahun silam namanya tercoreng karena sering dijadikan pangkalan wanita-wanita nakal. Namun setelah melalui pendekatan, bimbingan dan penyuluhan dari berbagai pihak kini para wanita nakal itu sudah kembali ke keluarganya masing-masing untuk kemudian menjadi wanita harapan.

Belakangan kawasan ini sudah semakin tertib. Semenjak didirikannya monumen Pangeran Diponegoro dan jalan layang (fly over) oleh Pemerintah Kota Surabaya kini kawasan ini terlihat lebih tertata rapid an menarik terutama bagi para pendatang dari daerah lain.

Panorama yang berbeda itu pastinya menjadi nilai lebih kawasan Jalan Diponegoro. Dibangunnya fly over bukan sekedar pemercantik kawasan melainkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dari dan menuju Jalan Diponegoro.

Pada Minggu dan hari libur lainnya kawasan Diponegoro, khususnya yang berdekatan dengan fly over ini banyak didatangi orang. Bahkan sering memacetkan lalu lintas di Jalan Diponegoro. Di jalan ini kita bisa menyaksikan keberadaan pasar burung Jalan Diponegoro Surabaya.

Pasar burung Diponegoro sudah ada sejak lama. Kini perkembangannya semakin pesat. Perlu sedikit penertiban agar para pedagang burung dan hewan kesayangan lainnya hanya menempati stan-stan yang tersedia dan tidak melebar keluar kawasan apalagi sampai menempati tepian sungai dan taman kota.

Pasar burung Diponegoro menempati area yang cukup luas. Memanjang dari Jalan Diponegoro dekat fly over sampai kawasan Jalan Banyu Urip dekat pangkalan angkutan kota jurusan Tandes. Tidak jauh dari pasar burung Diponegoro Anda bisa temukan Restoran Bambooden, pom bensin dan super market Giant. Beberapa warung makanan dan pedagang makanan kaki lima juga sering mengais rezeki saat kawasan ini dibanjiri orang terutama pada Hari MInggu dan hari libur lainnya.

Pada hari-hari selain Minggu dan liburan, kawasan pasar burung Diponegoro terlihat sedikit lengang. Pengunjung hanya sesekali terlihat keluar masuk toko atau stan penjual burung yang sudah permanen di sana. Sedangkan pedagang burung kaki lima atau pengais rezeki lainnya tak tampak. Mungkin pedagang kaki lima ini tak berani berbisnis pada hari-hari biasa karena sepi pengunjung.

Di Surabaya pasar burung dan hewan kesayangan lainnya juga bisa Anda temukan di Jalan Bratang dekat terminal angkutan kota. Khabarnya masih kalah pamor dengan yang ada di Jalan Diponegoro Surabaya.

Bagi Anda yang menggunakan angkutan umum bila mengunjungi pasar burung Diponegoro bisa berangkat dari terminal bus kota Purabaya, di Jalan Bungurasih-Sidoarjo atau terminal angkutan kota Joyoboyo, di Jalan Wonokromo-Surabaya. Ada banyak bus dan bemo (angkutan kota) yang siap mengantar Anda menuju kawasan Jalan Diponegoro ini.

Hari Minggu dan liburan lainnya sepertinya menjadi hari keberuntungan bagi para pemilik stan dan pedagang kaki lima yang mengais rezeki dengan menjajakan beraneka jenis burung dan hewan piaraan lainnya. Saat ramai pengunjung itulah kesempatan meraup rupiah ada di depan mata. Namun para pembeli burung kicau atau unggas dan hewan kesayangan lainnya hendaknya selalu waspada dan lebih berhati-hati dalam memilih hewan yang diinginkannya.

Terkadang bagi pembeli yang kurang jeli, burung kicau yang disangkanya bersuara bagus setelah di bawa pulang ke rumah malah tidak bisa berkicau sama sekali. Aksi penipuan ini biasanya dilakukan oleh pedagang kaki lima yang tidak memiliki stan yang tetap (permanen).

Ternyata mulut si penjual burung tadi juga ikut bersuara layaknya suara burung yang ditawarkan. Anehnya pembeli justru tak mengetahui trik dan aksi tipu-tipu pedagang burung ini.

Di pasar burung Diponegoro Surabaya, Anda tidak hanya menemukan penjual burung saja. Namun ada banyak jenis unggas dan hewan piaraan lainnya seperti ayam kalkun, kucing ras, sugar glider, kukang, luwak, kalong, reptil dan hewan-hewan langka lainnya yang semestinya dilindungi karena diambang kepunahan tapi justru diperjualbelikan di sana.

“Untuk seekor kalong dijual dengan harga Rp.150.000,-, sepasang ayam kalkun dihargai Rp.400.000,- hingga Rp.500.000,-. Tokek seekornya dijual seharga Rp.25.000,- hingga Rp.30.000,-“ kata Hadi pedagang Reptil di pasar burung Diponegoro saat berbincang-bincang dengan saya siang itu.

“Sebagian pengunjung memanfaatkan hewan-hewan tadi selain untuk dipelihara juga untuk obat, misalnya kalong dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit asma, tokek diyakini bisa menyembuhkan penyakit gatal-gatal” lanjut Hadi dengan meyakinkan.

Mereka yang menginginkan hewan-hewan cantik dan lucu seperti kucing ras dan sugar glider (satwa asli Papua) bisa mendatangi pasar burung ini. Tak jarang dari para pengunjung yang sekaligus penghobi atau kolektor hewan-hewan tertentu itu juga terlihat berburu burung hantu di pasar unggas Diponegoro ini.

Burung yang memiliki wajah menyeramkan ini yang biasanya dimanfaatkan oleh para petani di desa sebagai predator hama tikus itu ternyata ada juga penggemarnya. Wah kalau hewan-hewan unik ini juga tidak lolos dari buruan para kolektor bagaimana nasib kelestarian satwa-satwa tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun