Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mimpi Semalam di Malaysia

17 Februari 2014   04:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_323001" align="aligncenter" width="640" caption="Antrian penumpang pesawat di Bandara Internasional Juanda"][/caption]

Siapa orangnya yang tidak senang bila mendapat kesempatan jalan-jalan ke luar negeri (LN). Apalagi bila jalan-jalannya gratis. Awal tahun ini (9 januari 2014) sebuah situs digital kenamaan dengan didukung maskapai penerbangan yang juga cukup kondang menghadiahi saya tiket jalan-jalan ke Kuala Lumpur (KL) Malaysia 2D 1N (2 hari 1 malam). Bersama sejumlah teman traveler lainnya kami akan menjelajah KL. Betapa senang hati saya mendengar khabar itu. Anak, istri dan semua sanak keluarga juga turut senang mendengarnya. Maklum ini pertama kalinya bagi saya untuk berkesempatan melancong ke LN.

Pikir saya dalam hati, panita mungkin berbaik hati menanggung biaya pembuatan surat ijin untuk singgah ke negeri jiran itu. Setelah konfirmasi dengan panitia ternyata paspor harus segera diurus dan biaya admin ditanggung oleh masing-masing peserta tur (pemenang) termasuk saya.

Tak ingin kehilangan kesempatan ke KL sayapun bergegas mengurusnya di Kantor Imigrasi Kelas I Tanjung Perak Surabaya. Panitia juga menanyakan dan memantau perkembangan proses pengurusan paspor yang saya urus. Bung, nona muda dan Anda semua mungkin memiliki pengalaman yang kurang menarik perihal mengurus paspor ini. Itu pula yang saya alami. Lika-liku di kantor imigrasi dan waktu yang cukup lama menunggu jadinya paspor terkadang menjadi pengalaman tak terlupakan bagi sebagian orang tak terkecuali saya.

Syarat utama mengurus paspor adalah KTP dan beberapa persyaratan lainnya. Kebetulan saya belum memiliki E-KTP. Anehnya E-KTP istri saya sudah jadi duluan. Saking takutnya ketinggalan tur ke KL, saya nekat menyodorkan SIM saya sebagai ganti E-KTP kepada petugas kantor imigrasi. Siapa tahu bisa, pikir saya SIM juga bukti diri seseorang yang juga memiliki kekuatan hukum.

Petugas kantor imigrasi nyatanya tetap menolak mentah-mentah. “Harus pakai KTP Mas, kalau belum punya ya Mas harus mengurusnya” tandas salah seorang petugas kantor imigrasi saat saya temui.

Untuk mendapatkan pengganti E-KTP, saya kemudian berurusan dengan birokrasi pedesaan yang memang menjengkelkan itu. Mulanya untuk mendapatkan keterangan di tingkat desa saya aman-aman saja dan berjalan mulus. Namun di tingkat kecamatan benar-benar menguji kesabaran. Sebab untuk mendapatkan keterangan yang sama kuatnya dengan E-KTP saja saya harus bolak-balik dan nelpon kantor camat berkali-kali hingga seminggu. Alhasil surat keterangan pengganti E-KTP akhirnya saya dapatkan.

Perlu Bung, nona muda dan Anda semua tahu untuk mendapatkan surat keterangan ini saya setengahnya “mengemis”. Sore hari di saat kantor kecamatan sudah tutup, saya masih menunggu salah seorang petugas kecamatan untuk membuatkan surat itu. Saking inginnya agar surat pengganti E-KTP segera dibuatkan. Saya katakan pada petugas tadi bahwa kesempatan semakin pendek sementara paspor harus segera jadi. Sebab tur akan berjalan pada akhir Januari 2014. Wah saya menjadi semakin cemas kalau-kalau paspor belum jadi dan akhirnya ketinggalan tur gratis ke KL.

Setelah merengek-rengek seperti anak kecil yang memohon kepada orang tuanya itu, akhirnya surat keteranganpun jadi. Di rumah saya baru terbelalak ternyata nama yang tertera di surat itu keliru. Nama saya di ketik Mawan Sudirta. Anak, istri dan keponakan saya melihat surat ini menjadi tertawa geli. Kata anak semata wayang kami “ Lha iyo pah, orang-orang kecamatan kok bego, nulis nama orang saja nggak bisa”.

[caption id="attachment_323003" align="aligncenter" width="640" caption="Gerbang masuk Bandara Juanda untuk jalur domestik"][/caption]

Tidak mau berurusan bertele-tele dengan petugas kantor imigrasi, pagi sekali saya kembali ke kantor kecamatan untuk meralat penulisan nama saya yang keliru itu. Kebetulan sekali Pak Camat yang selama 5 (lima) hari lagi sibuk meeting di Kota Gresik hingga tidak bisa menandatangani surat-surat warga termasuk surat keterangan pengganti E-KTP saya, pagi itu sedang beristirahat di messnya yang berada dalam lingkungan kantor kecamatan. Seorang petugas langsung membawa berkas saya menuju mess Pak Camat. Alhamdulillah surat keterangan pengganti E-KTP ditandatangani. Satu tahap telah selesai.

Kendaraan saya pacu dengan kecepatan lumayan kencang sebab saya tak mau kesiangan di kantor imigrasi. Proses pembuatan paspor yang cukup lama akhirnya saya lalui. Untuk mendapatkan paspor baru seperti yang saya inginkan saya butuh waktu 8 hari. Dari berkas masuk sampai foto dan wawancara perlu menunggu selama 3 hari. Lima hari setelah foto dan wawancara, paspor sudah jadi dan bisa diambil.

Betapa senangnya hati saya, namun kemudian panitia menunda rencana keberangkatan ke KL dengan alasan cuaca yang sedang tidak bersahabat. Saya cuek saja, pikir saya paspor yang sangat penting itu sudah saya kantongi. Panitia menetapkan kembali tanggal 16 dan 17 Februari 2014 sebagai hari yang pas untuk ke KL.

Segala persiapan telah saya lakukan. Menurut versi saya ke KL sudah di depan mata dan tinggal menunggu waktu saja. Sebab beberapa hari ke depan sudah terbang ke negara yang banyak diincar TKI dan TKW itu. Mendekati tanggal pelaksanaan hati semakin berdebar-debar. Seorang kakak kandung perempuan yang jadi TKW di Malaysia dan sudah 9 tahun belum pulang saya khabari perihal rencana melancong gratis saya ke negara itu. Dan ia mendengarnya dengan suka cita. Saking senangnya ia berencana menemui saya di bandara LCCT Sepang Malaysia. Atau di hotel di mana saya dan rekan-rekan lain akan menginap nantinya.

Kakak yang biasa saya panggil “Ning” itu bahkan dalam pesan singkatnya kalau akan menyiapkan oleh-oleh istimewa buat kami sekeluarga dan anak-anak yang ditinggalkannya. Mendengar hal itu bikin kami bahagia bercampur haru sebab sudah 9 tahun kami tak bertemu. Anak-anak yang ditinggalkannyapun sudah kangen berat sama ibunya.

Namun kenyataan berkata lain. Kejadian luar biasa yang tak terduga muncul. Gunung Kelud di Kediri-Jawa Timur meletus dan berdampak pada penerbangan yang akan membawa saya ke Jakarta untuk selanjutnya bersama rekan-rekan lain menuju KL. Alat transportasi alternatif seperti kereta dan bus telah saya coba untuk bisa ke Jakarta tapi sudah penuh. Sampai menjelang jam terbang pada tanggal 16 Februari 2014 pukul 06.00 maskapai yang membawa saya ternyata belum ready termasuk maskapai-maskapai lain. Ada satu maskapai yang sudah ready namun untuk penerbangan tanggal 16 sudah full alias tidak ada kursi yang kosong.

Saya dan istri yang menemani ke bandara dini hari itu menjadi sedih dan kecewa berat. Rekan-rekan di Jakarta dan panitia menanyakan apakah saya siap ke Jakarta. Dengan berat hati saya katakan kalau tidak ada penerbangan pada tanggal 16 Februari ini. Dengan spirit dari sang istri, saya masih bersabar menunggu dan mencari perkembangan kalau-kalau ada maskapai yang sudah ready meski jam terbangnya agak siang. Sebab panitia di Jakarta menunda acaranya hingga siang hari.

[caption id="attachment_323006" align="aligncenter" width="640" caption="Saya mencoba minta jam penerbangan lain"][/caption] Mungkin keberuntungan belum berpihak pada saya. Sang istri yang mengikuti dan tahu betul tentang lika-liku saya saat mengurus surat dari desa hingga pembuatan paspor di kantor imigrasi menjadi sedih sekali. Ingin sekali ia melihat saya bersama rekan-rekan lain sampai ke Jakarta dan bisa terbang ke KL.

Ning yang mendengar saya batal ke KL turut bersedih. Kecewa dan ia sempat menangis di telepon. Kami ingin sekali bertemu dan kangen berat. Sudah lama kami tak bertemu. Selain itu jauh-jauh hari ia telah menyiapkan oleh-oleh istimewa yang siap saya bawa sepulang dari KL nanti. Kata nya buat keluarga di Gresik. Berkali-kali ia menyemangati saya agar mencari maskapai lain. Saya katakan semua maskapai di Bandara Juanda untuk tujuan Jakarta hari ini (16 Februari 2014) tidak ada yang ready.

Kedua anaknya yang tinggal bersama saya ikut bersedih. Kami semua bersedih. Ning minta agar dibawakan bumbu pecel karena ia kangen betul kuliner khas Jawa Timur itu. Sementara anak tertuanya ingin menitipkan jenang Jubung yang khas Gresik dan foto-foto keluarga sebagai pengobat rindu.

Rekan-rekan traveler dan panitia menghubungi saya dan mengatakan kalau batalnya saya jalan-jalan gratis ke KL itu mungkin karena “belum rezekinya”.Pasti ada kesempatan di lain waktu. Jalan-jalan gratis ke KL bagi saya akhirnya hanya mimpi karena tidak menjadi kenyataan. Ya … mimpi semalam di Malaysia.

[caption id="attachment_323005" align="aligncenter" width="640" caption="Oleh-oleh nggak jadi terbang ke KL. Gembira bercampur sedih"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun