[caption id="attachment_329513" align="aligncenter" width="450" caption="Beraneka macam batu akik. Kata Si Penjualnya ada yang bertuah lho!"][/caption]
Bagi Anda yang berencana melancong ke Kota Sidoarjo di Jawa Timuryang mungkin pertama terbersit di benak Anda adalah bahwa kota ini identik dengan “Danau Lapindo” yang muncul secara tiba-tiba akibat bencana lumpur panas di Kecamatan Porong Sidoarjo beberapa tahun silam. Atau sentra kerajinan tas dan sepatu dari bahan kulit yang ada di Kecamatan Tanggulangin. Bahkan mungkin juga pusat kuliner “kupang laut” yang berada di Kecamatan Buduran.
Beberapa nama kecamatan yang saya sebut tadi memang sudah menjadi ikon Kota Sidoarjo. Masyarakat luas mungkin sudah pernah mendengar beberapa nama tempat yang terkenal itu meski pada kenyataannya mereka belum pernah mengunjunginya. Sebagian wisatawan yang hendak plesir ke kota yang terkenal dengan kuliner “petis” dan usaha pertambakannya ini umumnya langsung menuju tempat-tempat yang sudah kondang itu.
Agar perjalanan terasa lebih mengesankan maka tak ada salahnya bila ke Sidoarjo Anda menyempatkan diri berjalan-jalan ke kawasan lain. Misalnya dengan pergi ke Kecamatan Krian Sidoarjo. Di Kecamatan Krian Sidoarjo ini ternyata juga memiliki potensi yang tak kalah dengan kecamatan-kecamatan lain di Sidoarjo.
[caption id="attachment_329477" align="aligncenter" width="450" caption="Bursa sepatu bekas beraneka merk"]
Beberapa desa yang ada di Kecamatan Krian seperti Desa Terung Wetan, Terung Kulon dan Klagen-Tropodo dulunya pernah menjadi tempat yang penting dalam percaturan sejarah Kerajaan Majapahit dan Kahuripan. Misalnya Desa Terung, di masa kejayaan Majapahit desa ini menjadi sebuah kadipaten (kabupaten) yang berkembang pesat dibawah kepemimpinan Raden Husein.
Hingga kini jejak (makam) Adipati Terung dan putrinya (Ontjat Tondo Wurung) bisa kita saksikan keberadaannya di Desa Terung Wetan dan Kulon. Malahan belakangan tidak jauh dari makam putri Adipati Terung juga ditemukan warga sebuah candi (Situs Terung) yang diperkirakan punya kaitan erat dengan Kadipaten Terung di jaman Majapahit.
Selain itu di Desa Klagen-Tropodo-Krian, kita bisa menyaksikan dari dekat sebuah prasasti peninggalan Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan-Kediri. Dulu di masa Airlangga kawasan Desa Klagen merupakan desa yang dibebaskan dari pajak (desa perdikan).
Raja Airlangga menaruh perhatian penuh pada usaha pertambakan rakyat di wilayah Kalagyan (sekarang bernama Klagen) sehingga untuk mengenang jasa-jasa beliau didirikanlah batu bertuliskan bahasa Jawa Kuno (Sansekerta)yang kemudian dikenal dengan sebutan Prasasti Kalagyan.
[caption id="attachment_329478" align="aligncenter" width="450" caption="Lapak penjual batu akik banyak didatangi orang"]
Benar memang kata orang bahwa belajar sejarah bukan sekedar mengingat angka dan tahun. Belajar sejarah bukan omong kosong yang tanpa arti. Namun belajar sejarah seharusnya menjadikan diri kita menjadi insan yang lebih bijaksana. Aspek kesejarahanitu pula yang bisa kita gunakan untuk melihat lebih jauh seperti apa Kota Krian ini.
Kota kecil Krian dulu pernah menjadi bukti kebesaran kerajaan-kerajaan masa silam. Hingga kini kota ini tetap memperlihatkan kemajuannya yang sangat pesat. Krian merupakan kota kecamatan yang sangat strategis karena berada ditengah-tengah beberapa kota lain seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto.
Tidak hanya itu, kota kecil ini memiliki jalan by pass yang memudahkan proses transportasi dari dan menuju Kota Krian. Di kanan-kiri jalan by pass Krian banyak kita temukan pabrik-pabrik besar. Keberadaan pabrik-pabrik besar itu secara tak langsung memacu roda perekonomian masyarakat setempat.
[caption id="attachment_329481" align="aligncenter" width="350" caption="Salah satu benda yang dianggap mistis"]
Selain keberadaan pabrik-pabrik besar, perkembangan sektor perekonomian di kawasan Krian Sidoarjojuga ditunjang oleh sektor ekonomi usaha kecil dan menengah lainnya seperti adanya pasar tradisional dan pasar loak yang ada di daerah itu.
Pasar Loak Krian mungkin yang sering dilewatkanpara traveler ketika mereka menjelajah Kota Sidoarjo. Padahal selain berkontribusi secara ekonomi, pasar ini juga berpotensi untuk didatangi wisatawan. Banyak barang-barang bekas yang unik dan menggelitik perhatian turis dijajakan pedagang kaki lima di sana. Nah seperti apa suasana di Pasar Loak Krian,yuk simak perjalanan saya ke pasar ini.
Pasar Loak Krian berada di belakang kompleks pertokoan Ruko Krian Indah. Untuk bisa sampai kepasar loak ini Anda cukup melewati sebuah gang kecil yang berada persis di samping kiri Toko Takashimuradi Jalan Raya Krian.
[caption id="attachment_329482" align="aligncenter" width="450" caption="Jalan menuju Pasar Loak Krian Sidoarjo"]
Jalan menuju pasar loak sudah berpaving rapi. Lebarnya kira-kira satu setengah meteran. Meskitak terlalu lebar banyak juga pengunjung yang nekad berlalu lalang membawa kendaraan roda duanya keluar masuk jalan di pasar loak ini. Di kanan-kiri jalan berjajar lapak-lapak pedagang kaki lima. Ada sebagian pedagang yang berjualan di tempat permanen (punya toko sendiri). Sebagian lagi dari mereka adalah para pedagang kecil yang bisa sewaktu-waktu berpindah tempat.
Kesan pertama yang saya tangkap saat memasuki Pasar Loak Krian ini ialah bahwa pasar ini tidak lebih dari sebuah pasar kaki lima biasa. Barang-barang yang dijual terlihat baru semua. Seolah tak mencerminkan barang bekas pakai (loakan). Di lapak sepatu bekas misalnya, traveler akan dibuat berdecak kagum sebab di lapak ini sepatu yang dipajang terlihat seperti baru. Merknyapun terbilang berkualitas.
Mau cari sepatu merk bagus mulai Doc Martin, Nike, Kickers, Caterpilar dan lain-lain hingga merk-merk lokal tersedia di sini. Harganyapun bervariasi. Saya mengira untuk sepatu bekas bermerk bagus pasti dijual dengan harga murah. Ternyata tidak seperti dugaan saya semula.
Si Penjual masih bertahan dengan harga yang cukup tinggi. Itu saya buktikan sendiri saat saya menawar sepatu traveling bermerk di loakan ini. Merk sepatu yang saya incar masih ditawarkan dengan harga yang cukup mahal yakni sekitar tiga ratus ribuan.Wah bagi saya ini masih mahal.
Belum puas dengan bursa sepatu bekas saya mencoba masuk ke dalam pasar. Di pertengahan pasar saya menemukan lapak pedagang barang-barang antik dan unik. Terlihat cukup banyak orang yang mendatangi lapak ini. Adakah sesuatu yang menarik di sana? pikir saya dalam hati. Karena penasaran sayapun menuju lapak yang dikerumuni banyak orang itu. Ternyata benar dugaan saya,ada beraneka macam batu akik, uang-uang koin kuno, benda-benda pusaka yang berbau klenik dan mistis dipajang rapi di lapak ini.
Cincin lengkap dengan batu akik banyak diminati pengunjung lapak ini. Menurut penjualnya ada batu akik dagangannya yang bertuah. Sang penjual memberinya nama batu akik “kecubung kasian”. Konon bila seseorang memakai cincin berbatu akik ini maka orang yang diinginkannya akan takluk dan merasa kasihan kepada si pemakai cincin ini.
Si penjual tak segan-segan membandrolnya dengan harga yang cukup mahal. Anehnya pengunjung lapak ini dibuat terperangah. Sebagian pengunjung ada yang manggut-manggut saja dengan keterangan penjual akik yang meyakinkan itu.Memang tidak semua pengunjung lapak membeli batu-batu akik yang dipajang. Sebagian lagi hanya ingin melihat-lihat saja dan iseng-iseng menawar. Siapa tahu batu akik yang ditawarnya diberikan dengan harga murah.
Tidak jauh dari lapak penjual batu akik terdapat lapak-lapak yang menjajakan berbagai barang bekas rumah tangga, diantaranya lapak penjual alat-alat elektronik seperti TV, kipas angin, dvd player dan alat-alat perlengkapan dapur lainnya seperti blender, juicer, rice cooker juga mixer adonan kue.
Mereka yang ingin mendapatkan sepeda anak-anak bekas pakai bisa mendatangi lapak ini. Ada bermacam-macam merk dan ukuran sepeda ontel anak-anak dipajang rapi di lapak ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H