Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ajaib! Ada Lumpur Berkhasiat Obat di Gresik

21 September 2014   19:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:01 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360563" align="aligncenter" width="500" caption="Mahmudi dan kolam tempat berwudhu Sunan Maulana Malik Ibrahim"][/caption]

Saat ini tempat tinggal kami berada di pinggiran Kota Gresik, malahan lebih dekat dengan Kota Surabaya atauSidoarjo. Sementara pusat kota Gresik sendiri masih berjarak 35 kilometer dari kediaman kami, cukup jauh juga. Harus diakui belum banyak sudut-sudut kota yang berada di Pantai Utara Jawa ini yang kami ketahui.

Kalau pinjam istilah Rhoma Irama, memang sungguh “terlalu”. Sepuluh tahun lebih tinggal di Gresik ternyata masih banyak yang belum saya tahu tentang kota ini. Hal itu pula yang bikin kami sekeluarga penasaran terutama saya pribadi.

22 Juli 2014 yang baru lalu, saya mencoba menguak rasa penasaran itu. Kali ini tujuan “jalan-jalan” saya adalah Dusun Pasucinan (Pesucinan) Desa Leran, Kecamatan Manyar-Gresik, Jawa Timur. Meski dalam kondisi sedang menunaikan ibadah Puasa Ramadan namun bukan menjadi penghalang bagi saya untuk melakukan petualangan kecil itu.

[caption id="attachment_360565" align="aligncenter" width="400" caption="Area pertambakan warga memasuki Dusun Pasucinan, Leran-Manyar-Gresik-Jawa Timur"]

14112777411096906287
14112777411096906287
[/caption]

Mengapa harus Desa Leran yang menjadi tujuan perjalanan saya kali ini. Adakah yang spesial dan apa serunya mendatangi desa ini. Dari berbagai informasi yang saya dapatkan diketahui kalau Leran ini merupakan desa pertama yang disinggahi oleh Sunan Maulana Malik Ibrahim. Beliau adalah penyebar Islam pertama. Wali tertua diantara Sembilan Wali (Wali Songo) yang pernah mensyiarkan Agama Islam di Pulau Jawa.

Meski pada akhirnya pusara sang sunan yang mendapat julukan Sunan Gresik atau Kakek Bantal ini berada di Desa Gapura Sukolilo dekat alun-alun Kota Gresik namun Desa Leran yang berjarak 8 kilometer dari alun-alun ini tetap saja mendapat perhatian lebih dari masyarakat Gresik, para ahli sejarah juga wisatawan seperti saya.

Saat pertama kali memasuki Dusun Pasucinan-Leran, saya disambut dengan areal pertambakan warga. Di kanan-kiri jalan beraspal mulus itu tampak petak-petak kolam tambak. Pohon-pohon tanpa daun menjadi penghias areal pertambakan itu. Beberapa ratus meter dari pertambakan saya temukan perumahan warga.

Sepintas memang tak ada yang aneh dengan kawasan Dusun Pasucinan-Leran ini. Rumah-rumah warga terbuat dari bangunan semi permanen sampai permanen tak ubahnya bangunan rumah di desa modern lainnya.

Saya juga melihat banyak warung atau toko-toko sembako (pracangan) berdiri di desa ini. Setelah kompleks perumahan warga yang umumnya menggunakan bata dari batu kapur saya temukan lagi areal pertambakan. Menurut sejarahnya warga Dusun Pasucinan dan sekitarnya hidup dari usaha pertambakan.

Sebagian lagi menekuni usaha kecil dan menengah. Ada kecenderungan warga nelayan tambak Dusun Pasucinan beralih profesi menjadi pekerja pabrik mengingat di kawasan Kecamatan Manyar tempat dusun berada banyak kita temukan industri-industri besar. Bahkan bukan tidak mungkin area pertambakan akan semakin berkurang akibat penggunaan areal tambak untuk pemukiman warga.

[caption id="attachment_360566" align="aligncenter" width="400" caption="Gerbang masuk Masjid Pasucinan yang menawan"]

14112779101765828576
14112779101765828576
[/caption]

Setelah melewati areal tambak dan perumahan warga sampailah saya pada tujuan semula yakni jejak Sunan Maulana Malik Ibrahim di Dusun Pasucinan. Bukti yang masih bisa kita lihat bahwa sang sunan pernah menjejakkan kaki di kawasan ini berupa Masjid Malik Ibrahim Pasucinan. Sebagian warga yang saya temui menyebutnya secara singkat dengan istilah “Masjid Cinan”.

Pasucinan berasal dari Bahasa Jawa yang berarti tempat bersuci. Dulu di masjid pertama saat sunan tiba di Desa Leran beliau membuatkan tempat berwudhu untuk mensucikan diri sebelum menunaikan sholat. Hingga kini tempat itu masih ada. Mungkin karena penemuan warisan sunan berupa tempat berwudhu ini akhirnya masyarakat kala itu menyebut dusun ini dengan nama Dusun Pasucinan.

[caption id="attachment_360567" align="aligncenter" width="400" caption="Cungkup Masjid Pasucinan yang ajaib itu!"]

1411278046908177838
1411278046908177838
[/caption]

Warisan Sunan Maulana Malik Ibrahim lainnya yang berada di masjid ini adalah kubah (cungkup) masjid. Masjid Pasucinan nyaris tak ada yang istimewa. Ukuran masjid juga tak terlalu besar. Peziarah atau wisatawan bisa melihat ornamen antik nan kuno di bagian atas (cungkup) masjid ini. Interior masjid juga merupakan bangunan baru. Tempat khatib berceramah meski terbuat dari kayu jati baru namun disainnya memberi kesan kuno dan antik.

[caption id="attachment_360568" align="aligncenter" width="300" caption="Mimbar khotib di Masjid Pasucinan"]

1411278194428028652
1411278194428028652
[/caption]

Gapura masuk masjid terlihat megah juga merupakan bangunan baru. Meski demikian dirancang unik dengan dibubuhi tulisan kaligrafi yang antara lain menyebutkan kelima murid (santri) sunan yang setia merawat masjid dan meneruskan perjuangan sunan dalam pengembangan Islam di kawasan ini. Makam para santri atau pemelihara Masjid Pasucinan itu berada tidak jauh dari masjid ini.

[caption id="attachment_360569" align="aligncenter" width="400" caption="Interior Masjid Pasucinan yang bersahaja"]

14112784071358066493
14112784071358066493
[/caption]

Menjelang sore Masjid Pasucinan tampak lengang. Setelah menunaikan Sholat Ashar saya duduk-duduk sejenak di halaman masjid. Seorang remaja masjid, Mahmudi namanya sempat saya mintai keterangan perihal masjid ini. Menurut cerita Mahmudi kolam tempat sunan berwudhu kala itu hingga kini masih dianggap keramat oleh sebagian pengunjung (peziarah) masjid.

Sebagian dari mereka memanfaatkan lumpur (Jawa=endut) yang ada di bagian dasar kolam untuk obat mujarab penyakit gondok atau penyakit leher lainnya. Lumpur itu nantinya dioles-oleskan ke bagian leher yang sakit. “Banyak peziarah yang datang membawa lumpur ini Mas untuk obat gondok keluarganya yang ada di rumah. Mereka banyak yang berhasil” ungkap Mahmudi.

Kolam tempat berwudhu sunan ini ukurannya tidak terlalu besar dan cukup dangkal. Pengelolah masjid mencoba membuatkan pembatas sederhana untuk melindungi kolam ini. “Air yang ada di dalam kolam ini tidak pernah surut Mas apalagi kering meski kemarau panjang sekalipun” tandas Mahmudi.

[caption id="attachment_360572" align="aligncenter" width="400" caption="Bangunan Masjid Pasucinan yang tak terlalu besar"]

14112787701241531492
14112787701241531492
[/caption]

Sejurus kemudian Mahmudi menemani saya keluar dari lokasi kolam. Ia kemudian menunjuk kearah kubah masjid. Masjid Pasucinan tidak dilengkapi kubah yang mentereng seperti layaknya masjid modern. Hanya sebuah ornamen kuno warisan sunan yang dipasang di bagian atasnya.

Mahmudi juga mengisahkan pengalamannya perihal pemasangan cungkup kuno itu. Saat para warga Dusun Pasucinan merehab masjid ini ada kejadian aneh. Cungkup warisan sunan itu tidak bisa dipindahkan. Para warga tak mampu memindahkan dan memasang cungkup di atas bangunan masjid baru.

“Cungkup yang ukurannya sebesar itu Mas ternyata beratnya minta ampun” ungkap Mahmudi sambil melanjutkan kisahnya. Setelah sekian lama mencari tahu penyebabnya dan berdasarkan petunjuk ulama juga sesepuh dusun ternyata cungkup kuno itu hanya bisa dipindahkan oleh putra-putri asli keturunan Dusun Pasucinan. Sungguh kisah Mahmudi ini di luar akal sehat kita (irasional). Percaya atau tidak, toh cerita tutur itu nyatanya berlangsung turun-temurun hingga sekarang.

[caption id="attachment_360570" align="aligncenter" width="400" caption="Penasaran dan ingin melihat secara langsung"]

14112785521201539271
14112785521201539271
[/caption]

Kisah lumpur mujarab dan cungkup ajaib tak pelak menambah heran dan rasa penasaran saya. Belum ada peneletian intensif dari para ahli tentang kandungan zat berkhasiat obat dalam lumpur kolam tempat berwudhu Sunan Malik Ibrahim di Masjid Pasucinan. Kejadian aneh seputar pemindahan cungkup kuno rasanya tak bisa diterima akal sehat. Susah dipercaya kebenarannya.

Namun bagi Allah Sang Khalik tak ada yang tak mungkin. Atas ijinNya semua bisa terjadi. Semasa hidupnya Maulana Malik Ibrahim selain berdagang beliau juga mendakwahkan Islam dengan cara yang sangat santun. Beliau menghargai para pemeluk agama sebelum Islam. Karena budi pekertinya yang sangat luhur itu orang kemudian tertarik untuk secara ihlas memeluk Agama Islam.

Keajaiban yang ditimbulkan oleh lumpur kolam tempat berwudhu Sunan Maulana Malik Ibrahim boleh jadi bukan karena kandungan kimia-fisika lumpur itu tetapi mungkin juga sebagai  "hadiah" Allah kepada sang sunan karena keluhuran budi pekertinya.

Sebagai generasi sekarang mungkin hikmah inilah yang bisa kita petik dari keajaiban Masjid Pasucinan. Dusun Pasucinan di Leran bukan sekedar desa kuno dengan kisah-kisahnya yang irasional lebih dari itu kisah di Desa Leran turut menambah khasanah sejarah di tanah air tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun