[caption id="attachment_392810" align="aligncenter" width="500" caption="Kata salah seorang petugas KRB, seminggu lagi baru mekar"][/caption]
Belum lama ini kita dikejutkan dengan berita tentang tumbangnya pohon tua koleksi Kebun Raya Bogor (KRB). Pohon yang diperkirakan berusia ratusan tahun itu menjadi buah bibir karena menimpa beberapa pengunjung KRB hingga menimbulkan korban jiwa.
Pihak pengelolah KRB sempat berkilah kalau tumbangnya pohon tua dari jenis damar (Agathis alba) itu akibat ulah angin puting beliung. Namun hal ini dibantah oleh saksi mata yang berada di dekat lokasi kejadian.
Saat terjadi peristiwa tumbangnya pohon damar hingga menyebabkan tewasnya beberapa pengunjung KRB itu suasana dan cuaca sekitar pohon dalam keadaan normal. Jadi bukan karena angin ribut sebagai penyebabnya.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata pohon damar yang tumbang itu memang usianya sudah tua. Batangnya sudah rapuh sehingga sewaktu-waktu bisa tumbang dan siap menimpa siapa saja yang ada di dekatnya.
Paling tidak kejadian ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi para pengunjung dan tentunya pihak pengelolah KRB.
Pohon-pohon tua nan langka menjadi bahan yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu tumbuhan (Botani). Namun di sisi lain pihak pengelolah KRB hendaknya lebih ketat melakukan pengawasan terhadap pohon-pohon tua yang menjadi koleksinya. Pengunjungpun diharapkan mulai waspada bila bersantai ria di dekat pohon-pohon yang diketahui telah berusia tua itu.
[caption id="attachment_392812" align="aligncenter" width="400" caption="Penunjuk arah lokasi Bunga Bangkai"]
Terlepas dari kejadian yang memilukan itu, KRB masih tetap membanggakan sebagai ikon (wisata)Kota Bogor bahkan Indonesia di mata dunia.
Sebelum kejadian tumbangnya pohon tua yang merenggut nyawa beberapa orang itu, saya sempat mengunjungi KRB. Berikut catatan saya saat melihat dari dekat kuncup bunga bangkai yang terkenal itu.
Ada beberapa tempat dalam Kebun Raya Bogor yang menjadi habitat bunga bangkai (Amorphophallus titanum). Habitat bunga bangkai pertama yang saya datangi ini dekat dengan Museum Zoologi.
Usai mengunjungi museum saya langsung ke lokasi yang menjadi tempat tumbuh bunga bangkai itu. Ada plang penunjuk jalan ke arah lokasi. Jadi Anda tak perlu khawatir akan tersesat.
Beberapa petugas yang sedang memotong rumput dekat kebun bunga bangkai sempat menginformasikan kalau saat ini bunga bangkai sedang tidak tumbuh.
Saya penasaran dengan keterangan petugas tadi. Untuk itu saya memastikan dengan mendatangi habitatnya. Ternyata benar, tak ada bunga bangkai yang tumbuh di lokasi kebun itu.
Kata petugas tadi, saat ini yang tersisa dalam tanah adalah umbi bunga bangkai saja. Suatu saat nanti akan tumbuh membentuk tunas baru dan selanjutnya berkembang menjadi bunga bangkai dewasa yang mekar sempurna. Seperti yang biasa kita lihat di buku-buku pelajaran atau media televisi.
Belum berhasil melihat wujud bunga bangkai yang seutuhnya, penyusuran saya lanjutkan ke arah Monumen Kelapa Sawit. Tidak jauh dari monumen itu ada sebuah lahan yang letaknya lebih tinggi. Dari jauh sudah terlihat bunga bangkai tumbuh di atas tanah itu.
Serta merta saya bergegas mendekatinya. Sayang sekali bunga bangkai itu belum mekar sempurna. Masih menguncup. Kata salah seorang petugas Kebun Raya Bogor yang ada di lokasi, kira-kira seminggu lagibunga bangkai itu akan mekar sempurna.
[caption id="attachment_392813" align="aligncenter" width="400" caption="Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum) yang belum mekar"]
Ada pagar pembatas yang mengelilingi bunga bangkai itu sehingga para pengunjung dilarang melihat lebih dekat. Karena singkatnya waktu berlibur ke Kota Bogor ini sehingga saya tak bisa menyaksikan Bunga Bangkai dalam keadaan mekar sempurna.
Meski demikian acara jalan-jalan saya menikmati sudut-sudut cantik Kebun Raya Bogor ini tidak seratus persen sia-sia. Masih mending daripada tidak berhasil melihat wujud bunga bangkai sama sekali.
Berdasarkan keterangan yang tertera pada papan dalam kebun diketahui kalau bunga bangkai yang memiliki nama ilmiah Amorphophallus titanum ini berasal dari Pulau Sumatera. Konon bunga ini memiliki rangkaian yang terbesar dan tertinggi di dunia.
[caption id="attachment_392815" align="aligncenter" width="300" caption="Cermin dekat gerbang masuk KRB"]
Berkat bunga yang baunya kurang sedap ini, nama Indonesia menjadi harum di mata masyarakat dunia. Uniknya Bunga Bangkai ini bukan ditemukan oleh warga Indonesia melainkan oleh ahli botani berkebangsaan Itali yang bernama Odoardo Beccari pada tahun 1878.
Tinggi Bunga Bangkai bisa mencapai 3,5 meter dengan diameter kelopak hingga 2 meter dan berat umbinya bisa mencapai 100 kilogram. Kelopaknya berwarna merah marun dengan tongkol kuning menjulang yang merupakan tempat menempelnya ratusan bunga kecil yang sesungguhnya.
Bunga Bangkai mekar sempurna pada malam hari dan mengeluarkan bau busuk yang mengundang serangga penyerbuk. Masa berdaun dan berbunga terjadi secara bergantian.
Sehabis berdaun akan dilanjutkan dengan masa istirahat selama 1-3 tahun. Bunga akan muncul bila umbi cukup memiliki cadangan energi untuk menumbuhkannya.
Amorphophallus titanum ini tidak sama dengan Rafflesia arnoldi yang juga disebut sebagai bunga bangkai. Rafflesia arnoldi merupakan tumbuhan parasit yang tidak memiliki daun, batang maupun akar.
[caption id="attachment_392816" align="aligncenter" width="400" caption="Gerbang Kebun Raya Bogor di Bogor, Jawa Barat"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H