[caption id="attachment_396956" align="aligncenter" width="500" caption="Menunggu kereta yang lewat"][/caption]
Saat mengunjungi Stasiun Cikini di Jakarta, angan saya menerawang jauh. Betapa tidak, nama “Cikini” mengingatkan saya pada peristiwa kelam yang terjadi puluhan tahun silam. Orang kemudian menyebut kejadian memilukan itu sebagai “Peristiwa Cikini”.
Peristiwa Cikini terjadi pada 30 November 1957, dimana kala itu Bung Karno mengalami percobaan pembunuhan akibat granat yang diledakkan saat beliau menghadiri sebuah bazaar di Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Di Perguruan Cikini itulah anak-anak beliau bersekolah.
Bung Karno lolos dari upaya pembunuhan itu namun jatuh korban cukup banyak. Sejarah mencatat ada wanita hamil dan anak sekolah yang tewas akibat bom granat itu.
Saya tidak hendak mengulas panjang lebar tentang Peristiwa Cikini itu. Stasiun Kereta Api Cikini dan Perguruan Cikini di mana terjadi peristiwa percobaan pembunuhan atas diri Bung Karno itu berada di jalan yang sama hanya beda tempat (kavling).
[caption id="attachment_396957" align="aligncenter" width="400" caption="Gedung Stasiun Cikini"]
Dari Stasiun Cikini itulah saya menunggu datangnya commuter line (kereta KRL) jurusan Stasiun Pondok Cina (Depok, Bogor) di mana kediaman kakak berada.
Sambil menanti datangnya rangkaian commuter line yang longgar,kesempatan yang ada saya pergunakan untuk melihat-lihat ke segala sudut Stasiun Cikini ini.
Cukup lama saya menunggu sambil sesekali mengamati rangkaian gerbong kereta KRL yang agak longgar.
Stasiun Cikini memang tidak sebesar Stasiun Kereta Api Gambir. Namun pesonanya tak kalah keren lho. Sepertinya saya tak melihat ornamen atau gaya arsitektur bangunan yang mencerminkan kalau Stasiun Cikini ini merupakan stasiun lama.
[caption id="attachment_396958" align="aligncenter" width="400" caption="Lantai atas Stasiun Cikini Jakarta"]
Bahkan bangunan stasiun berlantai dua ini terkesan biasa. Menurut catatan sejarah stasiun ini sudah berdiri sejak tahun 1960 an.
Saat keluar stasiun sudah bersiap-siap puluhan tukang ojek sepeda motor yang siap mengantar Anda ke tujuan selanjutnya. Sementara itu di seberang jalan depan stasiun terlihat beberapa penjual makanan beserta gerobak dorongnya.
[caption id="attachment_396960" align="aligncenter" width="400" caption="Kuliner kaki lima depan Stasiun Cikini"]
Terpampang spanduk yang menerangkan kalau para pedagang kaki lima yang biasa mangkal di depan Stasiun Cikini itu kini dipindahkan ke pusat perdagangan Cikini Gold Center.
Untuk bisa sampai ke Stasiun Cikini saya menggunakan Bajaj dari kawasan Gambir. Ongkosnya memang sedikit mahal namun kangen ingin mencoba kembali alat transportasi unik yang sudah mulai langka itu.
[caption id="attachment_396961" align="aligncenter" width="400" caption="Naik bajai ah"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H