Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ranu Pani yang Kulihat Dulu

18 Februari 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:57 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_397744" align="aligncenter" width="500" caption="Selayang pandang Ranu Pani"][/caption]

Umumnya traveler sangat familiar dengan istilah “Ranu” dan “Coban (Cuban)” dimana kedua istilah kata ini banyak digunakan oleh beberapa daerah di Jawa Timur.

Kata “Ranu” yang berarti danau umumnya dipakai oleh masyarakat daerah Lumajang untuk menyebut istilah danau yang terletak di daerah itu. Di Kota Lumajang terdapat banyak ranu diantaranya Ranu Klakah, Ranu Bedali.

Khusus untuk beberapa ranu yang berada di lereng Gunung Semeru adalah Ranu Regulo, Ranu Pani (ada yang menyebut Ranu Pane) dan Ranu Kumbolo (ada yang menyebut Ranu Gumbolo/Gembolo).

Sementara itu kata”Coban” banyak digunakan oleh masyarakat di daerah Malang untuk menyebut istilah air terjun. Ada banyak coban di Kota Malang. Diantaranya : Coban Rondo, Grojokan Sewu, Coban Glotak, Coban Jahe.

Saat saya masih bersekolah di Universitas Jember puluhan tahun silam, seorang teman kos dari fakultas lain yang bernama Muslim pernah mengajak saya melancong ke kawasan Ranu Pani. Kebetulan Muslim berasal dari Kota Lumajang.

Tahun 1989 an tarif angkutan bus antar kota, jurusan Surabaya-Jember masih sangat murah kalau tidak salah ingat sekitar Rp.3000,- sampai Rp.4000,-. Sedangkan yang patas Rp.5000,-. Biasanyasaya menggunakan PO. Akas yang populer ketika itu. Dengan armada bus yang bagus dan tempat duduk yang nyaman saya biasa pulang pergi Surabaya-Jember selama lima tahun.

[caption id="attachment_397747" align="aligncenter" width="500" caption="Masih lumayan alami"]

14242327121535724042
14242327121535724042
[/caption]

Di sela-sela waktu senggang perkuliahan, Muslim mengajak saya ikut ke rumahnya di kawasan Lumajang. Kesempatan itu saya pergunakan sebaik-baiknya. Dari tempat kos kami di Jalan Kalimantan Jember kami naik bemo menuju terminal Tawang Alun.

Kemudian oper lagi dengan bus menuju terminal Kota Lumajang. Setelah bersilaturrahim dengan keluarganya di Lumajang, kami mengisi waktu yang tersisa untuk bermain-main ke Ranu Pani.

Jarak rumah Muslim dengan objek wisata Ranu Pani di Kecamatan Senduro cukup dekat. Dengan meminjam sepeda motor milik kakak Muslim, Suzuki TS 125 kami bertualang menyusuri jalanan terjal penuh liku di Desa Ranu Pani yang berada di lereng Gunung Semeru itu.

Tampaknya Muslim mahir benar mengendarai sepeda motor trail ini. Hutan di kawasan menuju Ranu Pani tampak rimbun dengan jalan berliku. Suasana yang redup akibat rimbunnya pepohonan hutan menyebabkan kawasan ini kata Muslim dijuluki “alas ireng-ireng”.

Cukup lama kami berjalan hingga pada akhirnya sampai di sebuah Desa Ranu Pani dengan danaunya yang indah. Kami beristirahat setelah perjalanan yang cukup menguras stamina itu. Kemudian menikmati bekal makanan dan minuman yang kami bawa dari rumah Muslim.

[caption id="attachment_397753" align="aligncenter" width="500" caption="Melepas lelah, menghela nafas panjang sambil menikmati karunia alam ini"]

142423346175325598
142423346175325598
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun