[caption id="attachment_399552" align="aligncenter" width="482" caption="Tulisan di dekat gerbang masuk KRB"][/caption]
Setelah sebelumnya hanya bisa menyaksikan Istana Bogor dari kejauhan, hal itu tak menjadikan saya berkecil hati. Waktu yang tersisa saya manfaatkan untuk berkeliling Kebun Raya Bogor (KRB). Saya melakukannya dengan berjalan kaki. Meski tidak semua sudut-sudut KRB saya datangi namun beberapa tempat menarik (interesting place) di kebun itu sempat saya kunjungi.
Sebenarnya pihak KRB menyediakan fasilitas berupa kendaraan roda empat untuk para wisatawan yang ingin berkeliling KRB, tapi menurut saya akan lebih nikmat bila berjalan kaki. Suasana yang teduh dan udara segar yang kita hirup saat berjalan-jalan keliling KRB menjadikan tubuh kita bertambah bugar. Bila kelelahan bisa beristirahat sebentar di tempat duduk yang ada di sudut-sudut KRB.
[caption id="attachment_399553" align="aligncenter" width="454" caption="Berpose di depan monumen Olivia Raffles (istri Raffles)"]
Bagi masyarakat Bogor dan sekitarnya, KRB merupakan objek wisata meriah. Setiap pengunjung KRB dikenakan karcis masuk sebesar Rp. 14.000,-. Itu sudah termasuk tiket kunjungan ke Museum Zoologi.
Namun yang perlu diwaspadai saat berkunjung ke KRB adalah saat berteduh pilihlah tempat yang tepat. Mintalah informasi pada petugas KRB, tempat-tempat di mana saja yang aman untuk berteduh. Sebab beberapa waktu yang lalu pernah terjadi peristiwa yang menyedihkan.
[caption id="attachment_399554" align="aligncenter" width="453" caption="Wow pohon-pohon tinggi nan rindang menciptakan suasana teduh dan udara segar"]
Beberapa pohon berusia tua dan langka tumbang hingga menyebabkan tewasnya pengunjung KRB ini. Kejadian serupa juga pernah dialami KRB beberapa tahun silam. Beberapa pohon koleksi KRB roboh dan merenggut jiwa pengunjungnya.
Dari namanya saja kita tahu kalau KRB merupakan kebun raksasa yang di dalamnya tumbuh dan berkembang puluhan ribu jenis (spesies) tumbuhan (langka) yang usianya telah mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Pantas dinamakan kebun raya karena luasnya mencapai 87 hektar.
[caption id="attachment_399557" align="aligncenter" width="500" caption="Danau buatan menambah segar dan cantiknya KRB"]
Saat Kerajaan Sunda diperintah oleh Prabu Siliwangi (1474-1513) dibuatlah hutan buatan (samida) yang cukup luas. Kala itu sang raja sudah berpikir cemerlang. Sengaja dibangun hutan buatan untuk memelihara benih-benih kayu (langka) yang suatu saat nanti pasti sangat berguna bagi umat manusia. Hutan buatan itu kemudian menjadi cikal bakal berdirinya KRB.
Di masa pendudukan Belanda, KRB merupakan kebun yang dulunya menjadi bagian halaman Istana Bogor. Pada tahun 1817 seorang ahli botani berkebangsaan Jerman bernama Profesor Reinwardt secara resmi medirikan KRB. Namun sejak 1868 KRB dipisahkan pengelolaannya dari Istana Bogor.
[caption id="attachment_399559" align="aligncenter" width="500" caption="Kendaraan wisata KRB"]
KRB tak cuma menyajikan wisata meriah bagi masyarakat Indonesia, ribuan jenis tumbuhan langka bisa menjadi bahan yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan (botani). Beberapa tempat menarik lainnya yang tak boleh terlewatkan saat mengunjungi KRB diantaranya rumah anggrek, museum zoologi, makam Belanda, jembatan gantung dan pohon jodoh.
Di gerbang masuk KRB para pengunjung bisa berburu oleh-oleh berupa talas Bogor yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima kota hujan itu.
[caption id="attachment_399561" align="aligncenter" width="452" caption="Salah satu sudut KRB"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H