Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sjafrie Sjamsoeddin-Budi Waseso Pasangan Ideal untuk Menyingkirkan Ahok

26 Juli 2016   14:42 Diperbarui: 26 Juli 2016   20:15 1891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Budi Waseso alias Buwas, sosok fenomenal yang lagi naik daun saat ini digadang-gadang sebagai salah satu sosok yang akan diikutkan dalam bursa cagub dan cawagub DKI 2017. Partai Gerindra besutannya Prabowo Subianto mulai melirik sosok ini yang punya segudang prestasi dan reputasi yang gemilang.

Gerindra saat ini dalam tahap penggodokan dan filterisasi sosok dan profil yang mampu membuat warga DKI Jakarta jatuh hati selain Ahok. Saat ini yang sudah hampir dalam tahap finalisasi adalah sosok Sjafrie Sjamsoeddin, tokoh militer yang santun dan tampan rupawan idola kaum ibu-ibu namun dimusuhi oleh para aktivis hak asasi manusia (HAM) ditahun 1998 yang silam.

Setelah pecah kerusuhan 1998, pria yang mengenyam pendidikan di Akabri Bagian Darat, Sekolah Staf Komando TNI Angkatan Darat, Terrorism in Low Intensity Conflict, Lemhannas, dan Institut Manajemen Bisnis Indonesia itu redup karirnya. Kariernya mulai bersinar kembali setelah pada tahun 2002, Sjafrie Sjamsoeddin diangkat oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menjadi Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI dengan pangkat Mayor Jenderal.

Mantan Presiden SBY lalu menunjuk Sjafrie Sjamsoeddin menjadi Sekjen Dephan untuk menjembatani antara pihak sipil dan militer di jajaran Dephan, termasuk dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Pada bulan Januari 2010. SBY mengangkat Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Wakil Menteri Pertahanan (wamenhan).

Lulus dari Akabri pada tahun 1974 yang silam, pria yang Lahir di Makassar pada tanggal 30 Oktober 1952 itu mengawali karier militernya sebagai Komandan Peleton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Selanjutnya karirnya dibidang militer terus bersinar yaitu;

1976 - Komandan Nanggala X Timor Timor
1977 - Nanggala XXI Pejuang dari Aceh
1987 - Komandan Tim Maleo Irja
1987 - Satgas Kopassus Timtim
1990 - Satgas Kopassus Timor Timur
1993 - Komandan Grup A Paspampres
1995 - Komandan Korem-061/SK Kodam III/Siliwangi
1996 - Kepala Staf Garnisun Tetap -1 Ibukota
1996 - Kasdam Jaya
1997 - Panglima Kodam Jaya
1998 - Staf Ahli Polkam Panglima TNI
2001 - Koorsahli Panglima TNI
2002 - Kapuspen TNI
2010 - Sekjen Kementerian Pertahanan RI
2010 - Wakil Menteri Pertahanan

Prestasi-prestasinya dibidang militer inilah yang mendasari Prabowo Subianto menunjuk Sjafrie Sjamsoeddin sebagai calon kuat kandidat calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Sejauh ini Sjafrie Sjamsoeddin disandingkan dengan pengusaha Sandiaga Uno, namun pasangan ini adalah pasangan yang rapuh dan kurang kuat pondasinya.

Ada baiknya Sjafrie Sjamsoeddin disandingkan dengan Budi Waseso, dimana Sjafrie Sjamsoeddin sebagai cagub dan Budi Waseso sebagai cawagub DKI. Ini adalah pertarungan yang berat bagi tim Ahok jika kedua pasangan ideal ini maju dalam gelanggang bursa cagub dan cawagub DKI 2017 mendatang.

Budi Waseso dikenal sebagai sosok yang keras, patuh dan taat pada Konstitusi. Buwas adalah orangnya yang meringkus mantan Kabareskrim, Susno Duadji, di Bandara Soekarno Hatta Susno Duadji ketika hendak melarikan diri ke Singapura pada tahun 2010 yang silam. Ditangan Buwas, KPK babak belur merasakan pahit dan sakitnya ketika Budi Waseso meringkus dua pentolan KPK, yakni Bambang Widjojanto dan Abraham Samad.

Pria yang lahir di Pati, Jawa Tengah, pada tanggal 19 Februari 1961, beda usia 9 tahun dengan Sjafrie Sjamsoeddin, itu lulus pendidikannya di Akpol pada tahun 1984. Pada tahun 2013, Budi Waseso menjabat sebagai Kapolda Gorontalo, lalu pada tahun 2015 ia disundul jadi Kabareskrim, dan jabatan terakhir saat ini adalah sebagai Kepala BNN.

Ditangan Budi Waseso, the untouchable, Richard Joost Lino, dibekuk dengan caranya sendiri sekalipun harus mengorbankan jabatan prestisiusnya sebagai Kabareskrim saat itu. Dalam penindakan dan penegakkan hukum, Budi Waseso tanpa pandang bulu. Norman Kamaaru dihukum Buwas karena ia sibuk dengan dunia keartisannya di Jakarta sementara status Norman saat itu masih sebagai Brimob di Polda Gorontalo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun