Isu Komunis bangkit kembali belakangan ini dan ramai diperbincangkankan setelah Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zein mengungkapkan bahwa saat ini struktur Partai Komunis mulai dari tingkat pusat sampai daerah telah dipersiapkan dengan  jumlah pendukung sebanyak 15 juta orang.
Kantor Pusat mereka di Matraman, Jakarta Timur, yang terletak di Jalan Kramat Raya, bersebelahan dengan Hotel Acacia dan berseberangan dengan Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ini telah dipersiapkan oleh Wahyu Setiaji selaku Ketua Umum PKI yang baru yang akan segera deklarasi pada tahun 2017 setelah Jokowi, atas nama negara, meminta maaf kepada PKI karena dianggap tidak bersalah dan sebagai pihak yang terzolimi.
Wahyu Setiaji adalah putra dari Lukman Njoto, salah satu dedengkot PKI yang menjabat sebagai Wakil Ketua PKI dan juga sebagai Menteri Negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kivlan Zein juga mengungkapkan bahwa Wahyu Setiaji ini telah melakukan kongres Partai Komunis dalam pertemuan Nasional mereka pada tahun 2010 yang lalu di Magelang, Jawa Tengah.
Tentu saja bangsa ini sontak heboh dengan pernyataan mengejutkan dari Kivlan Zein itu karena hantu komunisme dan kekalutan trauma masa lalu masih membekas dan terpatri sangat kuat dalam alam bawah sadar rakyat di negeri ini akibat luka sejarah masa lalu yang penuh dengan agitasi dan propaganda serta teror sosial politik ketika partai Komunis itu berkuasa.
Walaupun bukan sebagai saksi sejarah, kita sebagai kaum muda generasi penerus bangsa, tentu saja harus tetap waspada sekalipun sangat mustahil komunisme akan bangkit lagi di negeri ini dimana paham itu telah punah dan binasa di negara-negara lain pengusung doktrin Komunisme seperti Rusia, Cina, Korea Utara, Kuba, Laos, dan Vietnam.
Komunisme adalah ideologi ekonomi politik. Paham ini timbul sebagai reaksi terhadap Kapitalisme. Banyak orang Indonesia dimasa lalu yang terjerat paham Komunisme sebagai ideologi ekonomi politiknya dimana Komunisme menjanjikan kesetaraan antara rakyat jelata dan penguasa. Begitu pula yang terjadi di Amerika Latin, dimana paham Komunisme mempengaruhi ajaran Katolik sehingga terbentuklah apa yang dinamakan Teologi Pembebasan.
Komunisme adalah paham yang menolak kepemilikan barang pribadi dan beranggapan bahwa semua barang produksi harus menjadi milik bersama. Ini bertujuan agar tidak terjadi kesenjangan sosial dan hirarki antara buruh dan Pengusaha akibat dari sistem Kapitalisme yang cenderung mengeksploitasi Sumber Daya Manusia dengan semena-mena demi kepentingan pribadi maupun golongan.
Dalam lagu Mars Komunis termaktub bahwa, "Tiada Maha Juru Selamat, tiada Tuhan maupun Raja", yang artinya tak ada perbedaan status sosial antara rakyat jelata dan penguasa. Komunisme memiliki keberpihakan yang sangat tinggi terhadap rakyat miskin yang mereka sebut sebagai kaum Proletar atau kaum yang tertindas.
Mereka menolak Kapitalisme yang mereka anggap sebagai penghisapan manusia atas manusia. Itulah sebabnya kenapa PKI tumbuh subur di negeri ini sebagai manifesto politik terhadap kemiskinan dan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin di masa lampau.
Mereka tumbuh dan berkembang pesat menjadi partai terbesar ketiga di Indonesia sebagai akibat dari keterpurukkan perekonomian rakyat Indonesia saat itu yang hidup dalam kemiskinan. Komunisme anti akan hirarki pelemahan daya kritis dan daya juang rakyat melawan tirani. Kondisi ini menyebabkan rakyat Indonesia kala itu menjadi kaum oposisi dan rakyat yang cenderung pembangkang.
Otoriterisme pemerintahan pada masa lampau membuat komunisme tumbuh subur dimana semua pondasi dan lini kehidupan berbangsa dan bernegara dipandu oleh kekuatan cengkraman politik mereka. Dengan mudah mereka menguasai struktur kekuasaan dalam pemerintahan dan doktrinisasi paham politik Komunis sebagai alat kontrol mereka melalui mekanisme obat bius dan candu pengurang rasa sakit akan penderitaan dan kemiskinan rakyat kala itu.