Tulisan ini hanya iseng saja ditengah suhu panas politik menjelang Pilkada DKI 2017. Supaya ada balance otak agar senantiasa fresh dan kencang selalu, daripada berkutat mulu tentang Ahok, tentang Djarot, tentang Agus Barimurti, tentang Silvana Murni, tentang Anies Bawesdan dan tentang si Sandiaga Uno itu. Ibaratnya cemilan ringan, santai saja bro. Jangan dimasukkan kedalam hati, lalu mengamuk membabi-buta di kolom komen dengan HURUF BESAR semua. Namanya juga hiburan, kalau ada yang tersungging, eh tersinggung, dan dimasukin ke lubuk hati yang paling dalem, artinya there's must be something wrong with you, folks. Kalau jenengan punya pencernaan yang halus dan sensitif, sebaiknya menyingkir sebelum terlambat melanjutkan membaca tulisan ini sampai garis finish, karena hanya akan bermasalah dengan kesehatan jenengan, yaitu ngowos mendadak, melongo, tatapan mata nanar seakan tak percaya, dan kejet-kejet enggak karu-karuan. Mohon maaf juga jualan namanya Ahok, soale kalau enggak pakai modus ala abunawas begini, jumlah pembaca hanya 17 orang saja, sorry ya bro, peace :pÂ
Kompasianer Tukang Dramatis
Enaknya dibilang apa yach, dramatis, novelis, sinetronis, melankolis, kutu kupretis atau apa neh? Dari tulisan-tulisan maupun komen-komen para Kompasianer jenis ini demennya mendramatisir segala sesuatu. Contohnya disaat Ahok belum disundul PDIP, para Kompasianer penganut paham ngawurologi dan semprulisasi model begini dengan segala sotoynya mendramatisir bahwa Ahok itu musuh bebuyutannya Megawati.
Ngehe nggak tuh?
Kompasianer Orang Lama Akun Baru
Kalo yang ini nich tipe Kompasianer yang kurang kerjaan banget alias pengangguran tingkat dewa yang hobinya beternak akun tuyul kloningan siluman nan abal-abal. Tujuannya ya itu tadi untuk melengkapi komen-komen mereka di akunnya yang resmi alias akun Terverifikasi. Biar kelihatannya yang bersangkutan di puja-puja oleh Kompasianer lain, padahal itu akun kloningannya sendiri.
Yang konyolnya lagi, setelah mereka daftar akun tuyul mereka di Kompasiana, mulailah para jebolan padepokan gunung kemukus itu dengan modus basi yang tak mutu sengaja memperkenalkan diri untuk mengelabui para penonton, heelloowww saya penghuni baru di Kompasiana, heelloooowww sebenarnya saya sudah lama baca-baca Kompasiana, heelloooowww kali ini baru memberanikan diri menulis di Kompasiana heelloooowww bla bla bla bla bla......
Jenis Kompasianer macam begini ini pikirnya para penghuni Kompasiana ini adalah segerombolan manusia culun yang sekolah kurang sehingga bisa kena tipu mentah-mentah. Mereka lupa bahwa para kaum intelektual, kaum akademis, para politisi dan praktisi hukum, serta kaum birokrat, banyak yang bergabung di Kompasiana ini yang IQ-nya sudah barang tentu lebih tinggi daripada jenis Kompasianer model tukang tipu kelas keong itu.
Kompasianer Sok Senior
Kalo yang ini Mawalu banget yang selalu mengagul-agulkan dengan jumawa tanggal bergabungnya di Kompasiana ini, padahal ada ribuan Kompasianer senior lainnya yang bergabung di Kompasiana lebih dulu dari aku.
Jenis Kompasianer norak bin labil model begini ini adalah jenis Kompasianer yang mengidap penyakit post power sydrome ringan. Kompasiana ini bukan untuk senior-senioran. Lu mau gabung di Kompasiana ini sejak jaman Siti Nurbaya kek, kagak ada urusan itu.
Malah masih mending Kompasianer newbie, kualitas tulisan mereka jauh lebih berisi dan cerdas serta bermutu tinggi daripada yang sok senior-senioran di Kompasiana ini.
Kompasianer Newbie Pengin Tampil
Kalau yang ini sedih hatiku sampai tak mampu berkata-kata lagi. Saking pengen tampilnya di Kompasiana ini, sampai-sampai ngajarin yang senior cara menggunakan fitur-fitur Kompasiana.
Ampun diijeee...