Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diundang Makan Presiden Jokowi di Istana, Yang Lain Kok Pada Sewot?

3 Juni 2015   22:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca tulisannya pak Pepih Nugraha hari ini, asli bikin aku menahan haru dan mesam-mesem menahan senyum. Terharu karena perjuangan sejumlah Kompasianer yang berjuang melalui tulisan menyundul Jokowi menuju RI 1 akhirnya terbayar sudah dengan diundangnya mereka ke Istana Negara untuk perjamuan makan siang bersama RI 1.

Mesam-mesem menahan senyum lantaran para pendukung Jokowi yang enggak kebagian diundang jamuan makan di Istana Negara pada sewot akibat didera sakit hati yang tak terkira dan begitu menyakitkan menusuk lambung tembus sampai ke jantung.

Itulah sifat dasar manusia yang pada hakekatnya ingin selalu diperhatilkan, maunya disanjung, dan selalu dipuja-puji. Watak ngeyel memang ciri khas bangsa kita dari jaman nenek moyang kita yang tukang potong kepala orang sampai jaman yang serba Android dan Touch Screen sekarang ini, meskipun tipis tersamarkan. Giliran enggak diundang, ramai-ramai pada sewot semuanya seolah-olah menyesal setengah mati kenapa dulu terang-terangan mendukung Jokowi di Kompasiana ini.

Watak ngeyel sejak dulu juga sudah ada sejak jamannya Friedrich Nietsche. Waktu itu Nietsche selalu mengecam masyarakat Barat di akhir abad ke 19 yang selalu SOK SUCI. Namun setelah puncak Puritanisme terlewati dengan perjuangan panjang yang berdarah-darah, maka masyarakat Barat pun akhirnya beralih menjadi bangsa yang beradab bukan lagi biadab. Aku pun berharap suatu saat nanti bangsa kita Indonesia tercinta ini juga akan melewati cara yang serupa.

Jujur saja aku bilang, kalau yang sewot itu berasal dari golongan penentang Jokowi, macam Imam Prasetyo, Abbah Pitung, atau Bang Pilot, maupun Mawalu, masih bisa dimaklumi lah, akan tetapi kalau yang sewot setengah mati itu berasal dari para pendukung fanatik Jokowi yang kalau Jokowi suruh lompat dari lantai 9 suatu gedung sudah pasti mereka akan lompat karena saking militannya sama Jokowi, macam si Adhieyasa Adhieyasa itu, apa enggak lucu itu?

Don't be goblok, my friends.

Menurut Anthropolog Prof. Koentjaraningrat, yang dinamakan budaya Indonesia itu adalah puncak dari semua budaya yang ada di Indonesia. Undangan makan secara kekeluargaan adalah salah satunya.

Terkadang hati yang ikhlas dan bersih belum tentu akan menghasilkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Maaf-maaf saja aku sangat jijik kepada orang yang berjuang dengan pamrih, ada maunya, ada timbal balik, ada udang dibalik rempelo, ada kutu dibalik sempak. Entahlah ada apa dibalik apa, tak tahu pulak aku.

Kalau aku pribadi, sama sekali enggak mempermasalahkan undangan makan itu. Tak ada satu pun aliran pemikiran yang bisa merantai isi kepalaku. Sah-sah saja, dan sudah sepantasnya mereka mendapatkan kehormatan itu setelah berjuang sampai berdarah-darah, dihujat dan dicaci maki, demi menghantarkan Jokowi menuju RI 1.

Masyarakat yang maju dan beradab adalah masyarakat yang pola berpikirnya enggak biadab, masyarakat yang semakin teratur gaya hidupnya, dan otaknya pun selalu dipakai dalam segala kesempatan maupun kesempitan, karena medan juang bangsa ini justru terletak pada hakekat lentera jiwa yang terpanggil oleh Ibu Pertiwi tercinta untuk menerangi setiap hati dan pola berpikir yang bersih tanpa pamrih.

Jadi ingat tulisannya Ellen Maringka dulu, Jokowi Dilantik, Pendukungnya Dapat Apa?

Kira-kira seperti itulah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun