Para pemuda dari Indonesia Timur itu rata-rata direkrut oleh para senior mereka yang telah lebih dulu malang melintang di Jakarta. Basis mereka tersebar di Kelapa Gading, Tanah Merah, Glodok, dan Pesing, Jakarta Barat. Mereka-mereka yang baru datang dari kampung halaman mereka di Flores dan belum dapat pekerjaan tetap di Jakarta biasanya bergabung dengan para senior yang sudah eksis duluan di Jakarta.
Mereka akhirnya malas cari kerja, karena pekerjaan yang mereka geluti hanya bermodalkan fisik dan nyali yang tinggi saja, namun pusaran uang dalam poros ruang lingkup kehidupan mereka sangat besar dan menggiurkan.
***
Tulisan ini hanya paparan ringan saja untuk menambah wawasan pembaca bahwa di Jakarta ini segala sesuatu bisa dilakukan asal punya uang dan kekuasaan. Namun sesungguhnya, orang-orang seperti Edo ini justru adalah korban yang dimanfaatkan oleh kaum borju, pengusaha hitam dan tirani penguasa.
Delapan tahun telah berlalu, namun kabut misteri masih menyelimuti pembunuhan NasrudinZulkarnain. Saat ini kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnain yang menyeret mantan Ketua KPK, Antasaari Azhar, telah dibuka kembali oleh Polda Metro Jaya.
Selama 7 tahun 6 bulan sejak tahun 2010 yang silam, mantan ketua KPK yang disegani pada masanya itu harus menelan pil pahit mendekam dibalik jeruji besi. Harga dirinya porak poranda, kehidupannya hancur tak tersisa. Ia divonis 18 tahun penjara atas tuduhan sebagai aktor intelektual dibalik pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen.
Sekalipun sudah mendapat pembebasan bersyarat pada tanggal 10 November 2016 yang lalu, Antasari Azhar kini telah bebas total setelah Presiden Jokowi mengabulkan Grasi yang ia ajukan melalui kuasa hukumnya, Boyamin Saiman, pada tanggal 8 Agustus 2016 yang lalu.
Dengan dibukanya kembali kasus itu, akankah misteri pembunuhan itu akan terungkap siapa dalang sesungguhnya? Walahualam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H