Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konspirasi Tempo, Ngamuknya Tomy Winata, dan Murka Ahok

30 Juli 2016   06:51 Diperbarui: 4 April 2017   17:39 15889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat memuat tulisan "Ada Tomy di Tenabang", di Majalah TEMPO edisi Senin, 3 Maret 2003, kantor TEMPO di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, diserang oleh kurang lebih 100-an orang preman kelompoknya Yoseph Mbira dan Haris Sumbi pada hari Sabtu, 8 Maret 2003 yang silam.

Tomy Winata murka dituding TEMPO sebagai Pemulung Besar di Tanah Abang. TEMPO saat itu salah perhitungan berurusan dengan Taipan yang paling ditakuti di negeri ini. Gus Dur saja ketika masih menjabat sebagai RI 1, pernah memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan Tomy Winata, namun keinginannya itu tak pernah terwujud sampai detik ini.

Sebagai yunior yang baru belajar kerasnya dunia jalanan saat itu, aku ikut kelompoknya Yoseph Mbira dari Kelapa Gading, Tanah Merah, dan sekitarnya. Sedangkan almarhum Haris Sumbi (tewas ditikam orang di Muara Angke) mengkoordinir kelompok Preman yang bermarkas di Grogol dan Pesing, Jakarta Barat.

Sekalipun kantor TEMPO saat itu dijaga ketat oleh Polisi, namun para aparat keamanan tampak kewalahan menangani serangan preman di kantor TEMPO kala itu. Pagar gerbang kantor TEMPO hampir roboh akibat digoyang-goyang, ditendang, dan dinjak-injak oleh para preman yang dibayar Rp 50 ribu per orang itu.

Sama seperti yang dirasakan oleh Ahok saat ini akibat ulah pemberitaan TEMPO, Tomy Winata saat itu marah besar dan murka lantaran TEMPO menuding TW sengaja membakar Pasar Tanah Abang karena telah mengajukan proposal untuk renovasi pasar Tanah Abang senilai Rp 53 miliar.

Teddy Uban, pemilik Diskotik 1001, yang merupakan tangan kanannya Tomy Winata, menghajar kepalanya Pamred TEMPO saat itu, Bambang Harymurti, dengan kotak Tissue.

Pemukulan di kepala Bambang Harymurti itu sebagai simbol bahwa kepala adalah tempat untuk berpikir untuk menghasilkan hal yang baik dan berguna bagi orang lain, bukan untuk menghasilkan sesuatu yang merugikan dan menyusahkan orang lain.

Selain dihajar Teddy Uban, Bambang Harimurti juga jadi sasaran amukan David Tjioe alias A Miauw, eksekutornya Tomy Winata yang punya tempat judi di Harco Mangga Dua dan dijaga oleh 800 preman orang Indonesia timur. David Miauw yang punya postur tubuh besar dan tegap mirip Marinir itu menendang dan menghajar perut serta menampar kepalanya Bambang Harimurti berkali-kali karena emosi.

Teddy Uban dan David Tjioe adalah sosok yang sangat berpengaruh dikalangan preman Ibukota saat itu. Beberapa proyek eksekusinya pernah aku jalani bersama kelompoknya Yoseph Mbira, antara lain eksekusi pabrik Konveksi milik orang Korea di Kawasan Industri Merunda, Jakarta Utara, serta eksekusi tanah sengketa di kawasan Pejagalan, Jakarta Utara.

Teddy Uban dan David Tjioe punya jaringan yang luas dan sangat kuat dikalangan preman. Pernah sekali mobilnya Teddy Uban diserempet Bus PPD yang ugal-ugalan di jalan, dalam kurun waktu kurang lebih sejam, bus PPD itu dibakar orang tak dikenal di kawasan Hayam Wuruk.

Dalam perseteruannya dengan TEMPO, Tomy Winata akhirnya memenangkan kasus itu di Pengadilan, dan TEMPO divonis membayar ganti rugi sebesar Rp 500 juta kepada Tomy Winata, plus bogem mentah yang dihadiahkan Yoseph Mbira di rahangnya Bambang Harymurti sampai kaca matanya terpental, seusai sidang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun