Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

AKBP Untung yang Tak Tahu Diuntung Akhirnya Tampias Kena Uppercut Kapolri Badrodin Haiti

10 April 2016   15:19 Diperbarui: 14 April 2016   16:44 1221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Coba mikir, masa seorang Polisi yang berpangkat AKBP dengan entengnya umbar statement ke publik bahwa Kapolri tak punya hati nurani karena enggak menaikan jabatannya padahal ia sudah menembak mati satu teroris di Sarinah. Pantas enggak tuh ngomong begitu?

Kalau begitu semua anggota Densus 88 dinaikkan saja jabatan mereka karena mereka yang selama ini paling berjasa menembak mati ratusan teroris dimana-mana yang lebih ganas dari para teroris kelas ayam sayur di Sarinah itu.

Apa karena si Untung Sangadji ini mau nyalon jadi Bupati, maka sudah mulai berani melawan Kapolri? Ibarat kata nothing to loose lah, enggak dapat jabatan bergengsi di Kepolisian, tapi jabatan Bupati sudah menanti didepan mata.

Justru dengan cara abunawas macam begitu itu hanya akan bikin hancur karirnya saja. Orang akan berpikir seribu kali memilih calon Bupati yang kerja pakai pamrih. Parpol yang menyundulnya menjadi Bupati pun akan berpikir dua ribu kali menyundul calon Bupati yang namanya sudah kadung tercemar itu.

Ini pelajaran bagi kita semua, jadi orang mbok ya jangan petakilan seolah-olah tak percaya pada nasib, take and give minded, apa yang di berikan harus ada timbal balik yang menguntungkan sekalipun itu adalah tugas pokok sesuai SOP dalam pekerjaan.

Nasib dan karir itu sudah ditentukan oleh Yang Di Atas. Mau jungkir balik macam manapun, kaki diatas kepala dibawah kek, kalau belum saatnya ya enggak akan bisa. Intinya kerja yang keras, ukir prestasi, bekerja tanpa pamrih, dan menahan diri memelintir lidah, niscaya nasib baik akan berpihak kepada kita.

Kurang lebih begitulah. Aku bosan dengan pencitraan yang palsu, lebih baik memihak yang asli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun