Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mirna Ini Siapa Ya? Artis Kah? Politikus Kah? Orang Terkenal Kah? Kok Berisik Amat Sih Media?

25 Januari 2016   16:07 Diperbarui: 26 Januari 2016   09:48 2097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada dibenak para kuli berita online di negeri ini, kematian seorang korban yang tewas akibat minum Kopi Vietnam beritanya super bombastis, dibesar-besarin ngalah-ngalahin pemberitaan artis, politikus, dan kematian anaknya bu Susi, Menteri Perikanan dan Kelautan yang terkenal itu.

Padahal si Mirna ini aku tak kenal sama sekali, siapa dia, tinggal dimana, apa profesinya, kehidupannya seperti apa, dan tetek bengek lainnya, namun lantaran kasusnya dibuat heboh sedemikian rupa oleh Media, jadinya kasihan aku sama keluarganya, sudah didera kesedihan ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai, ditambah pula dengan pemberitaan-pemberitaan yang lebay tingkat dewa, plus bumbu-bumbu analisa yang super ngawur sana sini.

Apalagi detik dot com itu, tiada hari tanpa berita tentang Mirna, sampai-sampai para pembacanya jadi kesal setengah mati akibat ulah wartawannya yang lebay tingkat dewa. Detik dianggap meraup uang iklan dari hasil pemberitaan super lebaynya mereka terhadap kematian Mirna. Termasuk Kompasiana juga, ikut-ikutan latah pasang tag segala. Dimana empati mereka coba?

Jangan menambah kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Bagaimana jika anak kalian, saudara, atau kerabat kalian yang tewas minum racun, lalu beritanya diblow up sedemikian rupa, apa nyaman hidup kalian?

Kalau kerabat aku yang meninggal lalu di blow up sedemikian rupa oleh Portal-portal Online yang sontoloyo itu, maka akan ku berondong kantor mereka dengan Air Shoft Gun supaya bacot mereka bisa diam sedikit.

Hidup ini hanya titipan kawan, dari debu kembali ke debu, from ash to ash, karena setiap orang suatu saat nanti akan mati dengan cara baik-baik maupun dengan cara tak baik. If I die before I wake, praise the Lord my soul to Him.

Padahal banyak rakyat jelata yang mati kelaparan diluar sana, para kaum Dhuafa yang tewas terkapar di kolog-kolong jembatan akibat didera kedinginan dan kelaparan, diterpa hujan angin, kenapa tidak diblow up?

Apa bedanya mereka dengan Mirna yang anak orang kaya itu? Bukan hanya Mirna saja, kasus kematian anak orang kaya lainnya, Allya Siska Nadya, akibat malpraktek di klinik mewah Chiropractic di Pondok Indah juga diblow up sedemikian rupa oleh Media, sedangkan korban rakyat jelata yang tewas bergelimpangan karena demam berdarah, diare, dan kurang gizi di rumah-rumah sakit, pemberitaannya justru sepi macam kuburan saja.

Inilah jeleknya bangsa kita, suka dengan hal-hal yang berbau teori konspirasi macam cerita-ceritanya Sherlock Holmes itu. Tipikal bangsa yang sakit jiwa.

Sudahlah jangan diteruskan lagi pemberitaan tentang Mirna dan analisa-analisa ngaco belo kalian itu. Biarkan keluarganya tenang merenungi arti hidup di dunia ini. Biarkan Polisi bekerja dengan nyaman dan tak diganggu dengan pemberitaan-pemberitaan ngalor ngidul yang tak jelas juntrungannya itu yang justru berpotensi akan menghambat proses sidik dan lidik serta investigasi mereka.

Kalau masih berisik saja, artinya kalian itu mencari uang dan keuntungan lainnya diatas kematian orang lain. Bukan pahala yang akan kalian peroleh, akan tetapi justru kualat nanti yang akan menimpa hidup kalian. Lihat saja nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun