Begini ini kalau kakek-kakek dijadiin kepala BIN. Bukannya makin maju, malah tambah rusak saja itu Badan Intelijen Negera sejak dipegang oleh Sutiyoso. Cara ngomongnya saja sudah mulai belepotan dimakan usia kok bisa-bisanya dipilih jadi Kepala BIN.
Samalah seperti dulu ketika dia pegang DKI Jakarta jadi Gubernurnya. Jakarta enggak maju-maju, korupsi merajalela, pungli, KKN, penyelewengan kekuasaan dilakukan secara terang-terangan tanpa rasa malu oleh para anak buahnya di Pemkot DKI itu. Prestasinya cuma satu, yaitu Busway doang.
Sudah gitu sok-sokkan bikin parpol segala untuk mengisi masa pensiunnya, enggak taunya malah parpolmya itu enggak laku, enggak demen dilirik orang. Sekarang dikasi jabatan pegang Kepala BIN, bukannya tambah maju itu BIN, malah tambah rusak parah saja.
Siklusnya memang begitu, semakin tua seseorang, maka prilakunya akan kembali seperti anak-anak. Ini hukum alam yang tak terbantahkan, dan ini pula yang terjadi pada Sutiyoso dimasa tuanya sekarang ini. Rengekan-rengekannya itu persis seperti anak kecil yang merengek minta permen dan dibeliin mainan mobil-mobilan. Pakai acara ngambek segala.
Bagaimana coba, belum apa-apa sudah merengek-rengek minta kewenanganya ditambah ini itu, mulai dari penyadapan lah, penangkapan lah, dan sejumlah rengekan-rengekan lainnya dari si kakek yang sudah usur itu.
Jelas saja Kapolri, Badrodin Haiti, jadi berang dan uring-uringan, mana ada coba badan intelijen di dunia ini yang boleh nangkap orang? Rujukannya dari mana? Kajian akademisnya seperti apa? Yang boleh nangkap orang, ya pak Polisi lah, boss.
Tugas Badan Intelijen Negara hanya melakukan kegiatan intelijen secara siluman dilapangan, menyedot informasi sebanyak-banyaknya, dan melakukan koordinasi dengan aparat keamanan negara. Itu baru betul.
Ada-ada saja ulah Sutiyoso ini, pingin cari nama juga ini orang. Jadi kalau rengekan-rengekannya itu semuamya dipenuhi, maka setiap kali BIN nangkap orang, maka ramailah di Media Massa, "Si A Ditangkap BIN karena terlibat jaringan ISIS", "Si B Dibekuk BIN di Pemalang Karena Terlibat Jaringan Al Queda", dan lain sebagainya. Maka berbunga-bungalah hatinya karena dianggap berprestasi, padahal itu tugasnya Densus 88.
Dulu dia Business Trip ke Australia, malah kena ringkus oleh Polisi Australia. Kan bikin malu Indonesia, dimana harga diri bangsa kita coba. Orang seperti ini kok bisa jadi Kepala BIN. Aneh.
Saran buat yang berwenang, siapapun itu ya, BIN itu Institusi elit negara yang kerjanya secara siluman dilapangan, enggak pakai banyak bacot dan enggak berisik, oleh sebab itu sepantasnya yang jadi Kepala BIN itu harus orang yang masih muda, gesit, cerdas, licik, enggak pikun, dan cara kerjanya licin bagai belut yang kecipratan oli.
Jangan pilih kakek-kakek yang sudah usur dan peot, jadinya ya begini ini akibatnya, semua sistem yang sudah berjalan dengan baik selama ini jadinya kacau balau.