Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Salut dan Terima Kasih Buat Sobatku Sintong Silaban, Salaman

5 Agustus 2014   07:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:23 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore tadi aku dapat inbox dari kawan-kawan di Kompasiana ini yang mengirim aku pesan katanya Mawalu ditantang Sintong Silaban. Dengan rasa penasaran yang tinggi dan kepala yang mulai spanning dan darah yang mulai menggelegak mendidih sampai ke ubun-ubun, segera ku cepat-cepat meluncur ke tulisannya. Mau cari gara-gara lagi ini orang, pikirku.

Setelah ku baca postingannya dari awal sampai akhir tanpa melewatkan satu bagian pun, beberapa awal paragraph dan paragraph-paragraph berikutnya serta inti tulisannya, akhirnya aku dapat menerimanya dan memahami karena intinya lae Sintong sudah menyatakan penyesalannya. Yang ia inginkan adalah pertemanan dan saling menghargai antar pendukung capres di Kompasiana ini.

Beberapa protesnya kepada aku, aku skip, karena basically aku sudah memetik intisari tulisan itu yaitu lae Sintong sudah menyesali kesalahannya dan yang ia inginkan adalah saling pengertian antar pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi di Kompasiana ini.

Melalui tulisan ini, aku Mawalu, dengan ini mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Sintong Silaban. Mari jalin kembali pertemanan dan persahabatan dan jauhkan diri dari hasutan orang lain. Kita ini memang beda pandangan politik, tapi perbedan pandangan politik itu biasa dalam pernak-pernik kehidupan yang fana ini.

Setidaknya jadikanlah ini sebagai suatu cambuk pembelajaran. Sebagai sesama anak bangsa, marilah mulai saat ini kita memikirkan bagaimana yang terbaik demi kemajuan bangsa dan negara. Prabowo menang atau kalah jadi Presiden, itu urusan Tuhan Yang Maha Esa yang menentukan takdir dan garis tangannya, bukan urusan kita melecehkannya. Manusia boleh merencanakan, akan tetapi Tuhan yang menentukan. Man proposes God disposes, bukankah begitu?

Aku juga minta maaf kepada lae Sintong karena aku ini dari bawaan orok sifat ku memang begini ini, kasar, dan langsung tembak to the point. Dari dulu memang begitu. Sejak dulu ketika aku masih menjadi pendukung sejati Jokowi dan mendaftar di Kompasiana ini pada tanggal 16 Oktober 2011 yang silam (http://www.kompasiana.com/mawalu), sepak terjang aku sudah all out begini. Bukan karena aku berubah menjadi kasar karena telah berubah haluan menjadi pendukung Prabowo pada masa pilpres 2014 ini. Bukan, bukan itu.

Aku menyadari segala kekuranganku. Sudah ku coba berubah tetap saja tak bisa. Bukan hanya di dunia maya, akan tetapi di dunia nyata pun begitu. Karena sifatku yang tukang semprot orang dan cepat naik darah ini, didunia nyata beberapa kali nyawaku hampir melayang karena sampai pernah baku pukul di dunia nyata hanya lantaran perseteruan di dunia maya.

Aku merasa sangat tak nyaman kalau bathinku terusik, lalu ku paksa untuk mendiamkannya. Aku tak bisa. Karena kalau ku tahan-tahan, ku diamkan saja, justru hanya menimbun penyakit hati dalam diri aku. Tapi aku pun tak sembarangan juga asal menyemprot orang di Kompasiana ini, kecuali bagi mereka yang memang pantas mendapatkannya. Apalagi akun tuyul, sorry to say, hanya dua pilihan bagiku: menghajar mereka secara membabi buta sampai terkaing-kaing atau sampai mulut berbusa pun tak akan ku ladeni mereka.

Dengan sifatku yang begini ini, aku banyak dapat kawan di Komunitas ini, namun banyak pula yang memusuhiku dan tak menyukai keberadaanku disini. Tapi aku tak perduli dengan mereka-mereka yang tak menyukai keberadaan aku di Kompasiana ini, memangnya mereka siapa? Mau berkawan silahkan, mau musuhan juga nothing to loose for me. Mau rukun ya rukun sekalian, mau ribut ya ribut sekalian, jadi orang jangan tanggung-tanggung. Itu prinsip aku.

Toh kalau aku lagi ribut di Kompasiana ini apakah ada diantara mereka yang membantu aku? Tak ada satupun. Aku fight sendiri, aku bergumul sendiri, aku bergelut sendiri dengan segenap kemampuan aku. Menang atau kalah duel berdebat di komunitas ini, resiko aku sendiri yang tanggung, duduk di taman rumah sendirian lalu menangis sekencang-kencangnya.

Prinsip aku, bukan mereka-mereka yang tak menyukai aku itu yang kasi makan aku, bukan pula aku mengemis minta makan ke mereka. Yang penting aku disini terus menulis, terus berbagi, bergelut dengan duniaku sendiri. Mau dibaca silahkan, tak mau baca tulisan-tulisan aku juga tak apa-apa, aku tak perduli. Suka tak suka inilah Mawalu. Aku tak perduli dengan siapapun di Kompasiana ini yang tak suka sama aku, siapapun Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun