Selama ini Fauzi Bowo selalu tampil dengan gaya yang elegan sebagai Gubernur lulusan Doktor dari Technische Universitt Braunschweig, Jerman. Tapi ternyata dibalik penampilannya yang elegan dan pongah tersebut, Fauzi Bowo justru sangat tidak teliti sekali dan bodoh pulak.
Kebodohan Fauzi Bowo yaitu manakala mantan Gubernur pongah ini digugat PT. Porta Nigra sebesar Rp 391 Miliar. PT. Porta Nigra telah melakukan pembebasan tanah seluas 44 Ha di Kelurahan Meruya, Jakarta Barat. Namun dalam proses pembebasan lahan tersebut timbul sengketa dengan Pemprov DKI.
PT. Porta Nigra pun menggugat dan memenangkan kasus tersebut hingga tingkat kasasi dan Peninjauan Kembali (PK). Mahkamah Agung memerintahkan Pemprov DKI Jakarta segera membayar ganti rugi materil sebesar Rp. 291 Miliar dan ganti rugi immateril sebanyak Rp 100 miliar kepada PT. Porta Nigra.
Kebodohan Fauzi Bowo selanjutnya yaitu manakala PT. Copylas menggugat Fauzi Bowo sebesar Rp 200 Miliar gara-gara kasus pembebasan lahan Tol Kebon Jeruk-Ulujami (JORR W2). Mahkamah Agung memenangkan PT. Copylas dan mewajibkan Fauzi Bowo membayar PT. Copylas sebesar Rp 200 Miliar.
Apakah cukup sampai disitu kepongahan Fauzi Bowo? Ternyata Fauzi Bowo ini tak pernah mau instropeksi diri dari kekalahan-keklahannya di Mahkamah Agung. Selanjutnya Gubernur pongah ini digugat terkait masalah penyerobotan tanah seluas 7.200 Meter milik Rosana, warga Jakarta Timur. Keputusan Mahkamah Agung memenangkan Rosana dan memutuskan bahwa Fauzi Bowo telah menduduki tanah tanpa izin di Jalan Raya Bogor, RT 7/11, Kramatjati, Jaktim dan harus mengganti rugi kepada Rosana sebanyak Rp 10,195 Miliar.
Kasihan sekali aku terhadap mantan Gubernur apes ini. Tapi yang lebih aku prihatin dan tak habis pikir ternyata kekalahan-kekalahan Fauzi Bowo yang diakibatkan oleh kebodohan-kebodohan dan ketidaktelitiannya karena sifat pongahnya tersebut justru dibayar oleh uang rakyat.
Sungguh ku menyesal sekali taat bayar Pajak. Ternyata dipakai juga untuk membiayai kebodohan-kebodohan mantan Gubernur DKI yang tak disukai mayoritas warga DKI tersebut.
Sangat kujengkel sekali orang seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H