Mohon tunggu...
Mawaddah
Mawaddah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka dengan segala sesuatu yg menarik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Potret Kehidupan Belajar dalam Keterbatasan Pelajar di Desa

14 Desember 2024   10:55 Diperbarui: 14 Desember 2024   10:49 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hamparan sawah hijau dan perbukitan yang menjulang, terdapat sebuah sekolah dasar dengan dinding-dinding bercat kusam. Meja dan kursi kayu yang sudah mulai rapuh menjadi saksi bisu perjuangan para siswa yang belajar dengan penuh semangat. Di pagi hari, suara riuh anak-anak yang saling menyapa terdengar di sepanjang jalan setapak yang menjadi akses utama menuju sekolah. Sebagian dari mereka berjalan kaki, sementara yang lain mengayuh sepeda tua melintasi jalan berbatu. Di dalam kelas, suasana pembelajaran begitu sederhana. Sebuah papan tulis hitam yang warnanya mulai memudar menjadi pusat perhatian. Guru yang mengenakan seragam sederhana dengan penuh kesabaran menjelaskan pelajaran kepada siswa-siswanya yang duduk berbaris rapi. Tidak ada proyektor atau alat bantu modern di ruang ini, hanya ada buku-buku pelajaran yang sudah lusuh karena sering dipakai. Meskipun begitu, tatapan mata para siswa memancarkan antusiasme untuk memahami setiap kata yang diucapkan oleh guru mereka. Ketika jam istirahat tiba, anak-anak berlarian keluar kelas. Mereka bermain di halaman sekolah yang hanya berupa tanah lapang tanpa rumput. Beberapa anak duduk di bawah pohon besar yang tumbuh di sudut halaman, menikmati bekal sederhana yang dibawa dari rumah. Suara tawa mereka menggema, mengisi suasana desa yang tenang. Meski serba terbatas, kegembiraan mereka seakan tidak terpengaruh oleh keterbatasan fasilitas yang ada. Namun, ketika hujan turun, cerita berbeda terjadi. Jalan setapak menuju sekolah berubah menjadi becek dan sulit dilalui. Beberapa siswa harus berhenti di tengah perjalanan karena hujan lebat dan banjir kecil yang kerap melanda desa mereka. Di kelas, atap seng yang berlubang terkadang membiarkan air menetes ke lantai, memaksa anak-anak untuk berpindah tempat duduk agar tetap bisa belajar. Di sisi lain, desa ini memiliki keindahan yang menjadi sumber inspirasi bagi para siswa. Pemandangan alam yang indah dan kehidupan masyarakat yang penuh kebersamaan memberikan pelajaran berharga yang tidak tertulis dalam buku teks. Sore hari setelah pulang sekolah, beberapa siswa membantu orang tua mereka di ladang atau mengambil air di sumur. Aktivitas ini membentuk karakter mereka, menanamkan rasa tanggung jawab dan kerja keras yang tidak ternilai. Meskipun kondisi pendidikan di desa ini penuh dengan keterbatasan, ada semangat yang tidak pernah pudar. Para siswa dan guru tetap berjuang bersama untuk mencapai impian mereka. Desa ini adalah potret nyata tentang bagaimana pendidikan terus berjalan meskipun dihadapkan pada berbagai rintangan. Di balik keterbatasan itu, tersimpan harapan besar bahwa suatu hari pendidikan akan menjadi pintu gerbang menuju masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun