"Namanya siapa? " paman menanyakan nama seseorang yang saat ini dekat denganku. Saat aku sengaja datang untuk bekonsultasi dengan beliau. Paman adalah satu-satunya keluargaku yang dituakan setelah ayah meninggal dunia beberapa tahun silam.Â
"Namanya Adli, Â Adli Hakim lengkapnya, Â Mang. " kataku. Berharap paman mau melihat dari sisi batinnya tentang calonku itu. Aku melihat Beliau adalah benar-benar orang yang sholeh, Â puasanya hampir setiap hari, kecuali mungkin hari-hari yang dilarang berpuasa. Bahkan, sholat malamnya juga tidak pernah tertinggal. Ayahku dulu juga sangat percaya dengan kemampuan supranatural paman. Â Konon katanya gambaran mimpinya 80 persen benar dan terbukti.Â
"Mm.. Nama orang tuanya siapa?" lanjutnya sambil memandang ke arahku. Aku sedikit bingung. Memang kami baru saja saling mengenal, Â jadi belum sampai mengenal orang tuanya.Â
"Aku tidak tahu, Mang. Kebetulan saya belum lama mengenalnya. " kataku sambil agak malu melihat wajah paman. Â Terlihat kening paman berlipat, Â tanda sedang berfikir atau mungkin juga melihatku dengan tatapan aneh.
"Baiklah, Mamang coba istikhoroh dulu, mudah-mudahan hasilnya baik. Kamu pulang dulu saja, Â tunggu kabar dari Mamang"Â
Aku mengaminkan ucapan paman dan segera beranjak dari kursi.Â
"Baik, Mang, Â saya permisi." kataku akhirnya, sambil menyalami dan mencium punggung tangannya.
####
Adli Hakim, mungkin cowok yang baru kukenal belum genap satu bulan sudah mengisi hari-hariku. Tampangnya yang cukup ganteng ditopang dengan materi yang berkecukupan, langsung menghipnotisku untuk menerima ajakannya untuk ta'aruf.Â
Selama hampir satu bulan ini komunikasi kami hanya melalui chating, hanya sekali dua kali kami bertemu dan bertatap muka secara langsung. Meskipun begitu, Â aku merasa dia adalah orang yang tepat, Â yang memang Allah kirimkan untuk aku dan jawaban atas doa-doaku selama ini. Aku begitu bahagia bertemu dengannya.Â
Komunikasi kami juga cukup lancar,  meskipun hanya sebatas "say hallo" dan menanyakan kabar.  Pertanyaan ritual kami setiap hari adalah "lagi ngapain? "sudah makan belum? "mimpi indah ya". Kalimat itu yang senantiasa menghiasi untuk memecah kekakuan di antara kami.